Tuesday, March 12, 2013

Menebak Paus yang akan datang‬ (2/2)

(Sambungan 1/2)

Sejarah pernah mencatat, ada imam Praja atau imam Ordo, dari Eropa maupun di
luar Eropa, yang pernah menjadi Paus. Kali ini ? 

Pada sebuah wawancara
dengan Koran La Stampa, Kardinal José Saraiva Martins berpendapat :
"Nei conclavi si deve solo scegliere un papa che abbia chiara la situazione
attuale della Chiesa. Non importa se bianco, nero o giallo: la Chiesa non ha
colore !"
(Pada Conclave, mesti dipilih seorang Paus yang memiliki pandangan jelas tentang keadaan Gereja sekarang ini. Tidak penting apakah dia itu
putih, hitam atau kuning. Gereja tidak punya warna kulit !").


Kardinal Saraiva Martins, tidak ikut Conclave 2013, karena sekarang usianya sudah 82
tahun, melewati ambang batas 80 tahun, hak memilih Paus. Sebagai teolog
dengan jiwa missionaris, Saraiva pernah menjadi Rektor Universitas Kepausan
Urbaniana. Kemudian Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Kardinal, dan pernah memimpin Departemen Pemberian Gelar Santo-Santa.
Di bawah kepemimpinannya, gereja memberi gelar para suci yang menjadi contoh
pewartaan Injil di daerah misi seperti : Bakhita dari Afrika, para martir
Cina, Padre Pio (yang sangat populer di Itali), Paus Yohanes XIII, para gembala yang mendapat penampakan di Fatima dan salah satu korban Auschwitz : Edith Stein.
Sebagai mantan mahasiswanya, saya sangat menyetujui pendapat Kardinal
Saraiva itu.

Perkaranya : keadaan gereja sekarang yang harus dipandang jelas
oleh Paus baru nanti itu persisnya apa ?
Menjelang pemilihan Paus ini,
banyak pendapat, masukan, pemikiran, opini, yang bisa kita simak dari ribuan
artikel dan peliputan. "Keadaan senyatanya" yang sekarang ini dihadapi
Gereja Katolik, adalah keadaan yang sungguh besar, berat, komplek dan rumit.

Kalau dinalar pakai benak manusia yang terbatas ini, siapapun yang akan
terpilih menjadi Paus nanti, akan dituntut menjadi seorang "superman".

Bagaimana mungkin ia memimpin 1.2 milyard orang Katolik di seluruh dunia
dengan aneka persoalan dan problemanya yang begitu besar ?

Kolumnis senior Pastor Thomas Reese dari majalah National Catholic Reporter mengatakan, jangan-jangan yang sebenarnya kita cari dari sosok seorang Paus baru adalah:  "Jesus Christ with an MBA."

Paus sekarang, menurut pastor Reese, tidak
cukup hanya menjalankan fungsi : "imam, raja dan nabi" seperti Kristus di jaman dulu. Sekarang mutlak ada tambahan fungsi : menjadi seorang manager
mumpuni dengan gelar MBA !
Anda setuju ?

Kalaupun mengenai pendapat Reese ini Anda mungkin tidak setuju, tetapi mengenai yang satu ini pasti Anda setuju :
"If Jesus preached the gospel
today, he would also use print media, radio, TV, the Internet and Twitter.
Give Him a chance!"

Ini diakatakan oleh Kardinal Scherer, Uskup Agung Sao
Paolo Brasil yang menjadi salah satu Kardinal "papabile".

Kardinal Scherer
menuliskan pendapat yang menarik ini pada Twitter-nya tahun 2011. 
Scherer memimpin 5 juta umat Katolik di Sao Paolo. Ia praktis menjadi Gembala di
sebuah Keuskupan dengan pengikut umat Katolik terbesar di dunia. Kardinal
hebat ini sangat giat mengusahakan agar umatNya mengenal dan mencintai
Kristus dengan cara dan semangat baru. Ini pula yang kiranya diharapkan
banyak orang pada sosok Paus yang baru.

Banyak yang berdoa, semoga yang terpilih nanti adalah seorang Paus yang :
"berotak Benedictus XVI, berjiwa Yohanes Paulus II, dan berhati Yohanes XXIII".

Ada pula yang bilang : "cukup
sudah teolog, filsuf, jago Kitab Suci yang menjadi Paus. Sekarang ini kita butuh seorang jendral !".

Yang paling banyak adalah harapan semoga Paus
nanti benar-benar seorang gembala yang baik, gembala yang mengerti persoalan
jaman ini !

Selasa 12 Maret 2013 pukul 6 sore waktu Itali, para Kardinal akan masuk Kapel Sistina.

Entah kapan, asap putih mengepul dari cerobongnya, tanda terpilihnya Paus yang baru. Yang pasti, pada jam itu, Conclave yang paling
mendebarkan akan dimulai. Begitu semua Kardinal sudah masuk Kapel Sistina,
Maestro atau Pimpinan Upacara Liturgi Conclave akan berseru :
"Extra omnes!"
- semua dipersilahkan ke luar !
Hanya para Kardinal pemilih yang tinggal di ruangan Kapel Sistina. Ornamen dan lukisan indah Michael Angelo di atap
Kapel Sistina itu akan menjadi saksi bisu pemilihan Paus. Dan kapelpun
dikunci.
Ini pula asal kata "conclave", yaitu con clavis : dengan kunci !

Kita semua hanya bisa menundukan kepala dan mempersatukan diri dengan para Kardinal, sembari berdoa
"Veni creator"
(Datanglah Roh Maha Kudus).
Doa kepada Roh Kudus ini juga menjadi doa dan harapan para Kardinal pada
pembukaan Conclave.
Semoga Roh Kudus membimbing dan mengaruniakan kepada
kita, seorang Paus yang sesuai dengan kehendakNya.
Amin !

God Bless All of You.

























No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.