Friday, June 22, 2012

KEPEMIMPINAN FILEMON.

Filemon diketahui sebagai pemimpin jemaat Kolose (Colossae). Meskipun Filemon sudah menjadi pemimpin, namun Paulus merasa perlu untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada Filemon. Surat penggembalaan dari Paulus ini ditujukan bukan hanya kepada Filemon pribadi, tapi juga kepada Apfia (diduga adalah istri Filemon) dan Arkhipus (diduga adalah anaknya Filemon). Surat singkat dari Paulus ini (hanya terdiri dari 25 ayat) memiliki pesan yang padat dan ternyata berguna juga bagi kita yang telah menjadi pemimpin saat ini.

Sebelumnya, Filemon memiliki seorang budak bernama Onesimus yang diduga melarikan diri. Namun selanjutnya Onesimus mengabdi kepada Paulus dan menjadi Kristen. Oleh karena sesuatu hal, Paulus hendak mengembalikan Onesimus kepada Filemon. Terkait dengan hal ini, Paulus menyampaikan beberapa pengarahan kepada Filemon.

Pengarahan Paulus kepada Filemon saat itu adalah sebagai berikut:

1.      Turut mengerjakan pengetahuan yang baik"

Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan yang baik diantara kita untuk Kristus" (Filemon 1 : 6)

Pada saat itu, Kolose yang berada di Asia Tengah merupakan jajahan Kekaisaran Roma. Sebagai orang kaya dari Roma, Filemon juga memiliki budak.

Yang dimaksud budak dalam hal ini bukanlah seperti di Amerika yang bekerja keras di ladang. Budak di Roma adalah pekerja rumah tangga yang mengabdi kepada tuannya. Namun terkadang ada juga tuan Roma yang kejam dalam memperlakukan budaknya. Filemon yang telah di-Kristen-kan oleh Paulus diminta untuk menyadari bahwa hubungan tuan – budak itu tidak baik. Yang harus dilakukan oleh Filemon adalah memperkuat hubungan antara pemimpin – pengikut. Walaupun tidak secara eksplisit, namun menurut Paulus, ini adalah pengetahuan yang baik diantara kita untuk Kristus.

Setelah 2000 tahun kemudian, pesan Rasul Paulus ini masih relevan dengan kita. Sebagai umat Kristiani, kita juga harus mengerjakan pengetahuan yang baik diantara kita. Apa kriteria pengetahuan yang baik?

Pengetahuan yang baik harus ditujukan untuk Kristus. Lantas, apa yang dimaksud pengetahuan yang baik?

Dalam konteks Filemon, pengetahuan yang baik adalah kepemimpinan yang didasarkan pada hubungan antara pemimpin – pengikut. Hubungan tuan – budak atau pun hubungan atasan – bawahan bukanlah pengetahuan yang baik di dalam persekutuan. Kepemimpinan yang bervisi kepada Kristus merupakan pengetahuan yang baik di dalam persekutuan. Komitmen ini yang diminta kepada kita selaku pemimpin di abad ini.

2.      Lebih baik meminta daripada memerintahkan"

Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya daripadamu" (Filemon 1:8-9)

Memerintahkan (
command) memiliki arti hubungan atasan – bawahan. Sekalipun Paulus memiliki legitimasi penuh untuk memerintahkan kepada Filemon namun Paulus enggan mempergunakan haknya tersebut. Paulus mengajari Filemon arti kata meminta (
asking) kepada pengikutnya.

Kepemimpinan yang baik bukan berbicara tentang hubungan atasan – bawahan. Kepemimpinan yang baik adalah tentang hubungan pemimpin – pengikut.

Ajaran Paulus tentang kepemimpinan ternyata masih relevan dengan situasi yang ada saat ini. Banyak pejabat yang begitu diangkat ternyata tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Bersikap bossy, suka main perintah, bahkan suka main tangan. Bukannya memberi pengarahan, malah hanya jadi tukang pos, surat dari pimpinan puncak langsung dimemokan ke bawahan tanpa diberi pengarahan bagaimana cara melaksanakannya. Begitu pula draft surat dari bawahan langsung diteruskan ke pimpinan tanpa di-reviu terlebih dahulu. Sikap begini bukanlah sikap seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan meminta kepada pengikutnya untuk melaksanakan sesuatu, bukan memerintahkan.

Contoh yang paling relevan saat ini adalah tatkala Bapak Presiden meminta (bukan memerintahkan) agar kader partai-nya yang terlibat korupsi untuk mengundurkan diri.

3.      Meminta persetujuan bawahan"

tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela" (Filemon 1:14)

Paulus memang hebat dalam ilmu manajemen. 1900 tahun sebelum Stoner menjelaskan mengenai keputusan manajemen, Paulus sudah mengajarkan arti keputusan bersama. Bahkan untuk sesuatu hal yang dirasakan baik oleh Paulus, Paulus meminta persetujuan Filemon terlebih dahulu. Paulus tidak mau memaksakan kehendak. Paulus tidak ingin menang sendiri. Paulus tidak ingin terlihat hebat. Dia mau agar semua keputusan dibuat bersama, sehingga pada saat dilaksanakan tidak ada yang merasa terpaksa. Dan bila berhasil tidak ada yang akan menepuk dada bahwa keberhasilan itu merupakan buah pikirnya sendiri.

Kita sebagai pemimpin juga diminta untuk selalu bersikap seperti yang telah diajarkan oleh Paulus. Setiap keputusan yang diambil harus kita mintakan kesepakatannya kepada bawahan. Fungsinya jelas, agar pada saat melaksanakan tidak dengan terpaksa.

Hal ini juga memberi kesempatan kepada bawahan untuk meminta penjelasan terinci mengenai keputusan yang diambil. Dan kita juga tidak akan jatuh dalam dosa KESOMBONGAN karena keberhasilan yang diperoleh.

4.      Memperlakukan bawahan sebagai saudara"

bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yang terkasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan". (Filemon 1:16)

Sebagai bagian dari pengetahuan yang baik, Paulus mengajari Filemon agar memperlakukan bawahannya bukan sebagai hamba, melainkan sebagai saudara yang terkasih.

Cara memperlakukan bawahan seperti ini akan membuat mereka bekerja lebih baik. Paulus menyadari hal tersebut dan mengingatkan Filemon untuk melakukan hal yang sama. Bukan hanya kepada Onesimus, tapi juga kepada seluruh pengikutnya di Kolose agar diperlakukan sebagai saudara, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.

Demikian pula dengan kita. Sebagai pemimpin kita harus memperlakukan bawahan kita sebagai saudara yang terkasih. Istilahnya di-
"wongke."(Bhs Jawa: dihargai sebagai orang)

Bawahan akan merasa dianggap sebagai orang, suaranya didengarkan, keluhannya diperhatikan, ide-nya dicatat oleh pemimpin mereka. Akhirnya mereka akan berupaya memberikan hasil terbaik kepada kita. Akibatnya bukan saja tujuan yang sudah ditetapkan bersama akan tercapai, namun juga memberikan peningkatan kinerja luar biasa bagi organisasi/perusahaan.

5.      Taat kepada peraturan / perundangan serta loyal kepada atasan"

Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih daripada permintaanku ini akan kaulakukan." (Filemon 1:21)

Sekali lagi, Paulus menunjukkan kepiawaiannya dalam ilmu manajemen. Paulus menekankan kepada Filemon mengenai arti pentingnya ketaatan (kepada ajaran Kristus) serta loyalitas kepada pimpinan dengan melakukan apapun yang diminta oleh pimpinan sepanjang tidak bertentantang dengan ajaran Kristus.

Paulus mengungkapkan hal ini dengan kalimat positif, bukan dengan kalimat menggurui. Dengan demikian, Filemon merasa tersanjung karena dianggap telah taat dan loyal. Padahal saat itu tujuan Paulus menulisnya agar Filemon mau mematuhi soal Onesimus.

Relevansinya buat kita adalah pentingnya taat dan loyal. Taat kepada peraturan / perundangan merupakan unsur yang penting sebagai pemimpin. Bawahan maupun kolega tidak dapat mencari-cari kesalahan dalam diri kita sebagai upaya untuk menjatuhkan kita. Loyalitas kepada pimpinan puncak juga penting sehingga kita dapat menyenangkan hati pimpinan kita karena semua permintaannya telah kita lakukan dengan baik sepanjang sesuai dengan peraturan / perundangan. Paulus menyadari hakikat "
the good follower will be a good leader".

Permasalahan Onesimus yang disampaikan oleh Paulus kepada Filemon ternyata memiliki arti yang mendalam bagi perkembangan ilmu manajemen. Pola kepemimpinan yang diarahkan oleh Paulus kepada Filemon dalam surat penggembalaanya ini ternyata masih relevan bagi kita di masa sekarang. Oleh sebab itu, 5 arahan Paulus kepada Filemon harus kita terapkan dalam gaya kepemimpinan kita saat ini. Hal ini dapat menciptakan situasi yang kondusif dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi / perusahaan.
 
by: Dr. Dayan Hakim NS, SE.Ak.MM.
24 Juni 2012



God Bless All of You.

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.