Sunday, December 16, 2012

REN" Minggu. 16 Desember 2012. JIKA. Kisah Ibu beranak 7. ‎​

Bacaan Hari Minggu Adven III
(Gaudete)
Zef.3:14-18a ;
Yes.12:2-6 ;
Flp.4:4-7 ;
Luk.3:10-18.‎​
_____________
= JIKA =

Jika derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, mengapa mesti dijalani dengan pedih rasa, sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.
Jika kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa tidak dinikmati saja,
Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jika luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa dibiarkan meracuni jiwa, Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.
Jika kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti diumbar sepuas jiwa, Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jika kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti tenggelam di dalamnya, Sedang taubat itu lebih utama.
Jika harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri, Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.

Jika kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia, Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.
Jika cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama, Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jika bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti dirasakan sendiri, Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
Jika hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka, Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.

[Ernawati H / Medan]
____________

Inilah Injil Yesus Kristus menurut St. Lukas.
= Luk.3:10-18 =

Orang banyak bertanya kepadanya (Yohanes Pembaptis):
"Jika demikian,
apakah yang harus kami perbuat?"
Jawabnya (Yohanes Pembaptis)::
"Barangsiapa mempunyai dua helai baju,
hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya,
dan barangsiapa mempunyai makanan,
hendaklah ia berbuat juga demikian."

Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya:
"Guru, apakah yang harus kami perbuat?"
Jawabnya:
"Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."

Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya:
"Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?"
Jawab Yohanes kepada mereka:
"Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."

Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap,
dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes,
kalau-kalau ia adalah Mesias,
Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu:
"Aku membaptis kamu dengan air,
tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.
Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya,
tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."

Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak.
_____________

Di suatu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anaknya.
Kegembiraan dan kebahagiaan serta kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat kemudian sang anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya,

Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku disekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat bodoh untukku.

Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-taman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat jelek untukku.

Ibu …, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat nakal untukku.

Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan Agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat durhaka untukku.

Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat gak tahu diri untukku.

Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata do'amu untukku dan jangan pula sepatah kata laknatpun keluar dari bibirmu.

Ibu itupun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?

Alkisah Beberapa tahun kemudian…., seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
"Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si pemuda.
"Oh…saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua", jawab ibu itu.
"Wouw… hebat sekali putra ibu", pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
"Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adik nya?"
"Oh ya tentu", si Ibu bercerita : "Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.""
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.
"Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, "Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar." kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?"
Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???
……Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
"Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya sangat-sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"…

Pemuda itu terbengong….
………, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini ? bagaimana pula kakak-kakak kita ? lalu bagaimana pula dengan ibu dan Ayah kita…………., apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do'a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini ? kemarin ? atau esok ?
………, Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai.

Orang bijak berbicara, "HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA, tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN...
[Ernawati H / Medan]
Sumber: Kebajikan
______________


God Bless All of You.


















































No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.