Sunday, May 8, 2022

2205081. "Kegagalan total” Romo Mangun mengkristenkan warga kampung Code, Yogyakarta. Dan Keberhasilan Romo Mangun membantu warga kampung Code, Yogyakarta untuk Hidup lebih baik & mendalami Islam.

Kalender Liturgi 08 Mei 2022
Minggu Paskah IV

Warna Liturgi: Putih
Bacaan I: Kis 13:14.43-52
Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2.3.5
Bacaan II: Why 7:9.14b-17
Bait Pengantar Injil: Yoh 10:14
Bacaan Injil: Yoh 10:27-30 

Bacaan I
Kis 13:14.43-52
Kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.

Bacaan dari Kisah Para Rasul:


Pada suatu hari
Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan dari Perga,
lalu tiba di Antiokhia di Pisidia.
Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat,
lalu duduk di situ.

Setelah selesai ibadah,
banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang takut akan Allah
mengikuti Paulus dan Barnabas.
Kedua rasul itu lalu mengajar dan menasihati mereka
supaya tetap hidup di dalam kasih karunia Allah.

Pada hari Sabat berikutnya
berkumpullah hampir seluruh kota itu
untuk mendengar firman Allah.
Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu,
penuhlah mereka dengan iri hati,
dan sambil menghujat,
mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus.

Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata,
"Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu!
Tetapi kamu menolaknya,
dan menganggap dirimu tidak layak beroleh hidup yang kekal.
Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami:
Aku telah menentukan engkau

menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi."

Mendengar itu,
bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah,
dan mereka memuliakan firman Tuhan.
Dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal,
menjadi percaya.
Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu.

Tetapi orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah,
dan pembesar-pembesar di kota itu.
Begitulah mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas,
dan mengusir mereka dari daerah itu.
Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka
sebagai peringatan bagi orang-orang itu,
lalu pergi ke Ikonium.
Dan murid-murid di Antiokhia
penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2.3.5
R:3c
Kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

*Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.


Bacaan II
Why 7:9.14b-17
Anak Domba akan menggembalakan mereka,
dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.


Bacaan dari Kitab Wahyu:


Aku, Yohanes, mendapat penglihatan sebagai berikut:
Nampaklah suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung banyaknya,
dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.
Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,
memakai jubah putih
dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Lalu seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku,
"Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar.
Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba.
Karena itu mereka berdiri di
hadapan takhta Allah
dan siang malam melayani Dia di Bait Suci-Nya.
Dan Ia yang duduk di atas takhta itu
akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi;

matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu
akan menggembalakan mereka,
dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.
Dan Allah akan menghapus segala air mata
dari mata mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.


Bait Pengantar Injil
Yoh 10:14
Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan.
Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku.



Bacaan Injil
Yoh 10:27-30 
Aku memberikan hidup yang kekal kepada domba-domba-Ku.

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Pada suatu hari
Yesus berkata kepada orang-orang Farisi,
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku;
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku.
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka,
dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya,

dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Bapa-Ku yang memberikan mereka kepada-Ku,
lebih besar daripada siapa pun,

dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Aku dan Bapa adalah satu."

Demikianlah sabda Tuhan. 
#

Mereka memuliakan firman Tuhan.
#

Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu
akan menggembalakan mereka,
dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.
#

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku;
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku.
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka,
dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya,

dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
#

In Memoriam:
HUT Alm Romo Mangun (YB.Mangunwijaya)
Lahir 6 Mei 1929.

"Saya adalah seorang yang menyakini kebenaran agama saya. Tetapi ini tidak menghalangi saya untuk merasa bersaudara dengan orang yang beragama lain di negeri ini, bahkan dengan sesama umat manusia"

Dalam sebuah seminar, mendiang Romo Mangun berkata tentang Alm. Gus Dur, "Beliau ini jauh lebih Katolik dibanding saya, hanya saja belum dibaptis" 

Sambil terkekeh, Alm. Gus Dur menjawab "Panjenengan itu juga lebih Islam dari saya, Hanya saja tidak hapal syahadat" 

Suatu saat Gus Dur main ke rumah Romo Mangun di Mrican, Yogyakarta.  Pada waktu itu suara azan terdengar,  Romo Mangun segera bilang ke sahabatnya itu: "kae nek arep sholat, sajadahe wis tak cepakke". 

Romo Mangun juga merancang sebuah masjid sederhana di tengah Kampung Code. Benar, masjid! 

Alih-alih mengajak warga Code ramai-ramai berpindah agama, Romo Mangun lebih suka memfasilitasi mereka untuk bisa mendalami Islam dengan lebih baik.

Adapun Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau biasa dipanggil dengan Romo Mangun adalah sosok pastor Katolik yang unik dan langka. Semasa hidupnya Romo Mangun tak hanya berkiprah sebagai pemimpin gereja. Dia juga dikenal sebagai arsitek, sastrawan, pendidik, dan pejuang kemanusiaan.

Kampung Code menjadi salah satu mahakarya paling terkenal. Kiprah Romo Mangun di kampung ini bermula saat Pemerintah Kota Yogyakarta merencanakan penggusuran kampung tepi sungai ini sebagai jalur hijau. Romo Mangun berusaha menggagalkan rencana tersebut dengan cara menata kampung ini agar warga setempat dapat terhindar dari penggusuran.

Tak hanya sukses melawan penggusuran, kampung ini bahkan meraih penghargaan arsitektur prestisius, Aga Khan Award. Tangan dingin Romo Mangun yang rela tinggal Bersama warga mampu mengubah wajah kampung ini.

Awalnya, upaya cawe-cawe Romo Mangun sempat menuai kecurigaan. Predikatnya sebagai pastor yang bersedia terjun langsung membantu kaum marjinal masih dianggap aneh bagi masyarakat.

"Pastor seharusnya bekerja di gereja saja." Mungkin demikian pikir banyak orang.

Apalagi Romo Mangun menolak bermukim di pastoran selama mengurus Kampung Code. Romo Mangun meminta izin Uskup untuk tinggal bersama warga yang dia bantu.

Romo Mangun membangun gubuk sederhana di bawah jembatan Gondolayu sebagai tempat tinggal. Tak ayal, banyak orang menyindir Romo Mangun tengah melakukan upaya kristenisasi di Yogyakarta.

Pandangan ini didukung juga dengan profil warga setempat. Kampung Code memang kampungnya orang-orang yang tersisihkan dari deru pembangunan Yogyakarta.

Penghuninya terdiri dari segala macam profesi yang biasa dianggap sebagai sampah masyarakat. Mulai dari pengamen, pedagang asongan, loper koran, maling, preman, hingga pelacur. Demografi seperti ini membuat warga Code tak terlalu acuh dengan agama.

Dengan kondisi demikian Romo Mangun mulai masuk dan menata Kampung Code. Dia datang ke kampung tersebut dengan "filsafat lonte", sebuah filsafat jalanan bikinannya sendiri. Sudah jelas filsafat ini tak ada dalilnya dalam ajaran resmi agama Katolik.

Melalui filsafat ini, Romo Mangun menasehati anak-anak di kampung tersebut dengan bahasa yang membumi agar mereka tetap mau bersekolah sebelum atau setelah mereka menjadi loper koran atau mengasong.

"Oleh wae ibumu lonte, tapi kowe ra oleh dadi lonte."  "Boleh saja ibumu seorang pelacur, tapi kamu tidak boleh jadi pelacur juga," pesan Romo Mangun.

Kehadiran Romo Mangun dan pendekatannya yang sederhana ternyata mengena di hati warga Code.

Orang-orang kecil merasa dirangkul dan dipandang sebagai manusia beradab. Mereka pun termotivasi untuk ikut berpartisipasi menata tempat tinggal mereka menjadi lebih bermartabat. Romo Mangun berperan mendesain rumah-rumah warga agar terhindar dari banjir Kali Code dan sedap dipandang mata.

Warga juga mendukung dengan perubahan perilaku. Mereka bersatu menjadi sekumpulan warga yang guyub. Dengan modal tersebut mereka turut serta menghijaukan kampung, menghilangkan kebiasaan buang sampah di kali, dan mendorong anak-anak memperoleh pendidikan yang layak.

Perubahan perilaku ini tampak juga di aspek religiusitas. Warga Code yang semula berjarak dengan agama mulai mau lebih mengenal agama.

Romo Mangun merancang sebuah masjid sederhana di tengah Kampung Code. Benar, masjid. Romo Mangun tak pernah membangun gereja ataupun membaptis orang di Code.

Alih-alih mengajak warga Code ramai-ramai berpindah agama, Romo Mangun lebih suka memfasilitasi mereka untuk bisa mendalami Islam dengan lebih baik.

Hingga kini, Masjid Kalimosodo karya Romo Mangun masih berdiri kokoh di Kampung Code. Selain masjid, warga Code juga memiliki fasilitas umum lain berupa balai pertemuan dan perpustakaan.

Masyarakat yang sempat menaruh curiga bisa bersorak gembira. Romo Mangun bisa dibilang "gagal total" dalam upaya mengkristenkan Code. Umat Islam masih menjadi kelompok mayoritas dalam demografi penduduk Kampung Code.

Sejatinya, niat Romo Mangun datang ke Code bukan untuk menambah jumlah statistik pemeluk Katolik. Romo Mangun tidak hadir untuk menyebarkan agama Katolik.

Romo Mangun hadir untuk menyebarkan nilai-nilai Katolik yang membawa damai bagi semua umat manusia.

Karya Romo Mangun murni karena alasan kemanusiaan. Sebuah nilai universal yang, sayangnya, selama ini lebih sering terdengar di mimbar kotbah daripada dihadirkan secara riil bagi masyarakat yang terpinggirkan.*

Ya. Alm Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, seorang imam diosesan Keuskupan Agung Semarang yang berulang tahun hari ini adalah splendor veritatis – yang penuh dengan warna-warni pelangi kemanusiaan, dimana pergulatan hidupnya tercermin dalam beragam karya monumental. 
Novel "Burung Burung
Manyar" (1979) menyabet penghargaan The South-East Asian Award (1986).
Sentuhan arsitektur yang berbasis masyarakat terpinggirkan di tebing Kali Code
telah membuatnya dianugerahi Aga Khan (1990-1992). Belum lagi, kepeduliannya
terhadap karya pendidikan dasar dan orang-orang miskin. Ia jugalah yang
mendirikan Dinamika Edukasi Dasar (DED). 

Sebagai penutup, saya kutipkan sepenggal sajak indah dari nenek moyang kita,
yang dituliskan kembali oleh Mangunwijaya dalam bukunya Wastu Citra (hal 2):

"Kang ingaran urip mono mung jumbuhing badan wadag lan batine, pepindhane
wadhah lan isine ..." 
(Yang disebut hidup sejati tak lain adalah leburnya tubuh jasmani
dengan batinnya). 

Gereja pun diajaknya mencapai hidup sejati, maka Mangunwijaya pun dengan lantang menyerukan hati nurani kemanusiaan kepada seluruh warga Gereja.

"Di Asia, khususnya di Indonesia, manusia kecil, lemah, miskin umumnya tidak dihargai. Yang dihargai ialah mereka yang kaya dan berkuasa ... 
Hukum rimba: siapa kuat, dia
menang. Hukum ini nyata hidup dalam keseharian manusia, yang juga masih dianut oleh umat Katolik Indonesia."
#

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.