Wednesday, January 18, 2017

RenHar. 18 Januari 2017. Hidup diisi dengan cinta.

SETIAP saat,
 
setiap pandangan,
  setiap pemikiran dan
  setiap kata
   dapat diisi dengan cinta.

*Thich Nhat Hanh*


#


Mutiara Iman
*IMAM*

18 Januari 2017


_".. tetapi berdasarkan hidup yang tidak bisa binasa"_
(Ibr 7:16)

Lectio
Ibr 7:1-3,15-17; Mzm 110:1,2,3,4; Mrk 3:1-6

Setelah berdiskusi dengan Pastor, akhirnya Alex memutuskan untuk masuk Seminari. Setelah setahun mengikuti pendidikan di Seminari, Alex diberikan kesempatan untuk pulang ke kampung halamannya. Alex bertemu dengan beberapa atlit yang sudah tidak menjadi pemain profesional lagi, ada yang menjadi pelatih, ada yang sekolah lagi dan ada yang membantu usaha orangtuanya.


Roni salah satu temannya bertanya :
"Alex, apa yang membuatmu mau menjadi Pastor?"


Sambil tersenyum Alex berkata :
"Tuhan memanggil saya untuk menjadi saksi Kristus agar semakin banyak orang yang percaya kepada-Nya menjadi selamat."


Lalu Roni bertanya :
"Mengapa Yesus?"


Alex menjawab :
"Karena ia adalah Awal dan Akhir. Ia adalah Imam untuk selama-lamanya. Sehingga siapa yang percaya kepada-Nya akan memiliki kehidupan yang kekal."

Sebab tentang Dia diberikan kesaksian :
"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek."

Yesus adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir.

Oratio
Ya Tuhan, Engkaulah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan. Amin

Missio
_Marilah kita menjadi saksi Yesus yang adalah Imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek._

*Have a Blessed Wednesday.*

#

SabdaNya.

 Rabu 18 - 01 - 17

Ibr 7 : 1-3, 15-17               

Mark 3 : 1-6

Shalom,
Hari Sabat adalah hari untuk beribadat dan mendengarkan Firman Tuhan sehingga relasi kita dengan Allah dapat terus terjalin dg baik.
Allah adalah sumber segala kebaikan. Siapapun yg sungguh2 mempunyai relasi yg baik dg Tuhan akan semakin mempunyai kepekaan untuk melihat dan mengalami secara pribadi kebaikan2 Allah sehingga tergerak untuk menyalurkan kebaikan Allah kepada sesama.

Orang2 Yahudi saat itu, termasuk para pemimpin agamanya, banyak yg berpikir bahwa beribadat kepada Tuhan se mata2 untuk menenuhi kewajiban supaya mereka tidak dikutuk / dihukum Allah. Karena itu ketika Kristus bertanya ; manakah yg diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat,  mereka tidak mampu menjawab. Buat mereka, dihari Sabat semua pekerjaan tidak diperbolehkan, tidak peduli apapun tujuan pekerjaan itu.
Kristus mau membuka pikiran mereka, bahwa semua yg baik berasal dari Allah.Kalau kita melakukan pekerjaan2  yg baik, kita melakukan kehendak Allah sehingga tidak mungkin ada larangan dari Allah, kapanpun waktunya dan dimanapun tempatnya.
Kristus tanpa ragu kemudian menyembuhkan orang yg tangannya lumpuh. Dengan melakukan itu, sebenarnya Dia juga mau menyembuhkan kelumpuhan cara berpikir orang Yahudi yg terpaku pada peraturan2 tertulis, tanpa mau memikirkan apa sebenarnya yg dikehendaki Allah ketika menganugerahkan FirmanNya itu.

Imam2 Yahudi pada saat itu menjadi imam berdasarkan keturunan yaitu sebagai keturunan dari Harun (saudara nabi Musa). Mereka memimpin peribadatan pada hari Sabat, lebih sebagai menjalankan tugas/ pekerjaan dan bukan sungguh2 ingin membawa umat semakin dekat dengan Allah.
Kristus tampil sebagai Imam Agung (baru) yg memimpin murid2Nya untuk mendekat kepada Allah, lebih mengenal kehendak Allah dan lebih mau menjadikan diri mereka,sebagai alat2 Allah untuk membawa kebahagiaan kepada sebanyak mungkin orang.
Kristus menunjukkan DiriNya sebagai  imam yg serupa Melkisedek yg berarti Raja Keadilan dan Raja Damai (Ibr 7 : 2, 15).

Orang yg disembuhkan tangannya dari kelumpuhan sangat bersuka cita karena kesembuhannya itu.Tetapi orang2 Farisi yg sebenarnya ingin disembuhkan Kristus dari kelumpuhan pemahaman mereka akan kehendak Tuhan, malahan semakin membenci Kristus dan berusaha mencari jalan untuk membunuhNya.


Bagaimana sikap kita ketika Allah mengutus orang2 disekitar kita untuk menasehati ,untuk menunjukkan kesalahan2 berpikir atau berbuat yg mungkin selama ini tidak kita sadari?Apakah kita mau mensyukurinya seperti ketika Tuhan mengutus orang untuk melepaskan diri kita dari kesulitan dalam pekerjaan?Atau kita bersikap sama seperti orang Farisi yg malahan menaruh dendam dan amarah ?
Semoga kita sungguh2 mau menjadikan Kristus sebagai Imam Agung,sebagai Pemimpin dan Gembala Agung, sehingga kita siap untuk semakin disempurnakan dan dilepaskanNya dari kelumpuhan2 akibat dosa dan kelalaian.
Gbu all n hv a blessed Wednesday.

#

Wednesday, 18th JANUARY
Day 1 of the Church Unity Octave

Mark 3:1-6

Again he entered the synagogue, and a man was there who had a withered hand. And they watched him, to see whether he would heal him on the sabbath, so that they might accuse him. And he said to the man who had the withered hand, "Come here." And he said to them, "Is it lawful on the sabbath to do good or to do harm, to save life or to kill?" But they were silent. And he looked around at them with anger, grieved at their hardness of heart, and said to the man, "Stretch out your hand." He stretched it out, and his hand was restored. The Pharisees went out, and immediately held counsel with the Herodi-ans against him, how to destroy him.

What a contrast between Jesus and the Pharisees. "Again" starts the Gospel today: 'again' those grouches show their absolute lack of concern towards people in need. You can hear them shouting: "I don't care, the Sabbath is the Sabbath!" But in the middle of the silence Jesus, saddened at their reaction, "looked around at them with anger": how could they be so mean?

He looked at them but didn't say a word. He paused long enough to take a glance at each one of them. And He "grieved", says today's Gospel, at their egoistic lives, like a loving father disappointed with his children because they despise each other. But still in Jesus there was - and is - more compassion than passion. The man with the withered hand needed Him. His concern for those souls who needed Him was greater than His grief.

Saints have always had that zeal for souls. Unlike the Pharisees, they were ready to do 'anything' for them. Fr. Toccanier was the assistant priest of St John Vianney in his parish. One day, aware that the life of the holy priest was coming to a close, Toccanier asked him: "If Our Lord gave you the possibility to choose between going straight to Heaven on the spot or staying a bit longer to keep working for the salvation of souls, what would you choose?" St John Vianney answered without hesitation: " I would stay. Saints are extremely happy, but... They can't gain souls for God like us, with their work and sufferings." St Josemaria explained that apostolic zeal always comes with a "constant concern for souls".

Mary, Queen of Apostles, help me to get that apostolic zeal, that real concern for my friends and for the salvation of their souls.


#

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.