Friday, December 13, 2013

Simbol huruf NATAL. Kisah Nyata Pengkotbah Cilik Jadi Pengidap HIV/AIDS.

Simbol huruf NATAL.


Húrúf Á
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/a7.gif


Húrúf B
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/b7.gif


Húrúf Ç
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/c7.gif


Húrúf D
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/d7.gif


Húrúf É
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/e7.gif


Húrúf F
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/f7.gif


Húrúf G
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/g7.gif


Húrúf H
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/h7.gif


Húrúf Í
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/i7.gif


Húrúf J
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/j7.gif


* Húrúf K
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/k7.gif


* Húrúf L
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/l7.gif


* Húrúf M
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/m7.gif


* Húrúf Ñ
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/n7.gif


* Húrúf Ó
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/o7.gif


* Húrúf P
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/p7.gif


* Húrúf R
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/r7.gif


* Húrúf S
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/s7.gif


* Húrúf T
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/t7.gif


* Húrúf Ú
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/u7.gif


* Húrúf V
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/v7.gif


* Húrúf W
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/w7.gif


* Húrúf X
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/x7.gif


* Húrúf Ý
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/y7.gif


* Húrúf Z
http://ep1980gifs.files.wordpress.com/2013/11/z7.gif

_________________

Kisah Nyata Pengkotbah Cilik Jadi Pengidap HIV/AIDS


Pada tahun 1983, kota Tarutung,
Sumatera Utara dibuat heboh oleh
seorang anak balita bernama Kaleb Otniel Hutahaean yg dapat menyembuhkan orang sakit hanya dg berdoa.


Dalam waktu singkat namanya menyebar ke berbagai pelosok
Indonesia, dan undangan berkotbah untuk Kaleb pun mulai membanjir.


"Orang otomatis mulai mengenal nama saya, dalam satu bulan bisa kurang lebih dua puluh harian di luar rumah,"
jelas Kaleb.


Diusianya yg baru tiga tahun, Kaleb sudah harus melayani panggilan berkotbah ke berbagai penjuru kota di
Indonesia.


Karena hal ini, orangtua Kaleb menitipkannya ke salah satu kerabat di Jakarta.


Sekalipun Kaleb menjadi anak ajaib yg dipakai Tuhan
untuk menyembuhkan banyak orang,


Kaleb tetap berprilaku seperti anak pada umumnya.
"Kalau dia habis kotbah, dia turun, dia langsung main-main seperti biasa," jelas Ibu Hutapea, ibu angkat Kaleb
yang mengurusnya saat itu.


Selama sepuluh tahun lamanya, Kaleb memberitakan firman Tuhan dg tekun dan dipakai Tuhan untuk menyembuhkan banyak orang.


Namun tidak ada orang yg tahu bahwa ada sebuah pergolakan terjadi di lubuk
hatinya.


"Banyak hal yg saya tidak mengerti, mengapa saya harus menjalani kehidupan yg berbeda dari anak-anak
pada umumnya. Ketika saya berdoa dan bertanya pada Tuhan, sepertinya Tuhan juga terdiam dan tidak
menjawab. Akhirnya saya mencari jawaban-jawaban itu dg cara saya sendiri."


Hingga satu titik, Kaleb sudah tidak tahan lagi dan meminta ijin pada orangtuanya untuk berhenti dari pelayanan.


Orangtua Kaleb dg penuh pengertian mengijinkannya, dan Kaleb pun akhirnya bisa menjalani kehidupan normal yang ia impikan.


Di tengah masa remajanya itu, sama seperti anak-anak lain, Kaleb pun melakukan pencarian akan jati dirinya.


Namun karena salah pergaulan, ia terperosok pada perangkap narkoba.


"Saya waktu itu memiliki banyak waktu luang dan ngumpul dg teman-teman. Otomatis ngga mungkin kita ngga ngerokok, ngisep ganja bareng-bareng itu sudah pasti.

Suka ngga suka, itu sudah merupakan lambang pergaulan. Kalau ngga begitu, ya ngga punya teman. Ada perasaan bangga yg sebenarnya semu, pada akhirnya
saya bisa berontak, keluar dari image anak baik-baik," demikian Kaleb mengungkapkan masa kelamnya.


Petualangan Kaleb tidak berhenti disitu, ia mulai mencoba putaw dan jarum suntik. Baginya saat itu narkoba lebih penting dari pada makan.


Tapi semua itu tidak memberinya kebahagiaan, hati kecilnya berbisik dan membuatnya menyadari apa yg ia lakukan adalah salah, namun Kaleb seperti tak berkutik karena telah menjadi budak narkoba.


"Seringkali saya merasa jijik dg diri sendiri. Di dalam diri ini menuduh, seharusnya saya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari ini. Ada keinginan untuk kembali lagi ke dalam rangkulan Tuhan, hanya pada waktu
itu saya tidak tahu bagaimana caranya."


Orangtua Kaleb melihat keadaan anaknya sudah tidak terkendali lagi, untuk itu mereka mengambil langkah untuk membawa Kaleb ke panti rehabilitasi.


"Saat di panti rehabilitasi itulah saya ketemu dg salah
seorang mentor baru dimana kami banyak berbincang-bincang dan berdiskusi. Ada suatu kesan dia itu seperti sahabat, dan banyak menasihati saya dari kebenaran
firman Tuhan."


Persahabatannya dg sang mentor membawa Kaleb kepada sebuah wawasan baru ketika suatu saat ia
mencobai sang mentor.


"Saat itu saya di ruang isolasi, saya minta rokok sama dia."


Sang mentor saat itu berkata, "Ini yg pertama kali dan yg terakhir kali, saya tidak akan pernah lagi beli."


Namun justru peristiwa itu mengubah Kaleb.


Justru peristiwa ketika dia kasih rokok sama saya membuat saya merasa,


Ini dia sebenarnya yg saya cari.


Ketulusan yg seperti ini. Orang yg ngga menggurui dan sungguh mengerti kondisi saya.


Dari situ saya
memutuskan untuk berhenti merokok, saya berhenti narkoba dari free sex, karena saya sudah menemukan hati
Bapa ketika saya bergaul dg mentor saya, Redolius," kenang Kaleb.


Sembuh dari kecanduannya akan narkoba, Kaleb pun memutuskan untuk mencari
kehidupan yg baru di
sebuah komunitas.


Dikomunitas itulah, Kaleb memutuskan untuk menjadikan hidupnya lebih baik.


Empat tahun ia
jalani dalam keadaan bebas dari keterikatan pada narkoba dan seks bebas serta memberikan hidupnya untuk melayani masyarakat pra sejahtera bersama teman-temannya di komunitas itu, namun sesuatu yg tidak pernah ia duga terjadi.


"Didapati paru-paru kanan saya bolong besar, paru-paru kiri saya bolong kecil-kecil."


Dokter yg menangani Kaleb menyatakan bahwa ia mengidap TBC kelenjar, TBC paru, ada jamur ditubuhnya yg merajalela dan
mengalami serangan semacam asma.


Namun semua penyakit itu belumlah cukup, vonis dokter yg terakhir
ini membuat seakan dunia yg ia miliki hancur.


" Saya positif HIV/AIDS.."


Kaleb bertanya-tanya, mengapa semua itu diijinkan terjadi saat ia sudah bertobat dan sudah kembali melayani Tuhan.


Namun dalam kondisinya yg sudah dekat dengan maut saat itu, ia tidak menyalahkan Tuhan.


"Saya menyadari betul siapa saya. Saya sadar perbuatan saya dan saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah
merencanakan sesuatu yang buruk untuk kehidupan saya."
Selama berminggu-minggu kondisi Kaleb terus menurun, bahkan untuk bernafaspun ia sulit sekalipun sudah
dibantu dengan tabung oksigen.


Teman-teman sepelayanan Kaleb terus berdoa dan memberikan semangat kepada Kaleb, mereka memohon kepada Tuhan agar Kaleb diberi kesempatan kedua.


Dukungan yang diberikan oleh rekan-rekannya membuat semangat hidup bagi Kaleb,


"Tuhan, kalau Tuhan kasih
kesempatan untuk keluar dari ruangan ini, saya akan membuat suatu pertarungan yaitu the last battle yang
benar-benar dasyat dan luar biasa. Lalu saya menerima suatu rhema dari Amsal, yaitu "Seperti orang yang
membuat perhitungan dg dirinya demikianlah dia."


Dari ayat itu saya renungkan, saya belajar, baru saya dapati : oh.. ternyata untuk bangkit dari sini saya harus
membuat perhitungan yang benar dulu dengan diri saya.


Maka dari situ saya mulai mengubah paradigma saya, tidak lagi melihat HIV ini sebagai sst bencana tp
kesempatan untuk memuliakan nama Tuhan.


Saya melihat ini sebagai suatu amanah, saya melihat ini sebagai
suatu tugas. Justru saya melihat seluruh kondisi kehidupan saya ini sebagai suatu kesaksian hidup untuk
bercerita kepada orang bahwa pengharapan itu ada."


Perubahan paradigma pada diri Kaleb membawa perubahan bagi tubuhnya, kondisinya mulai membaik.


Setelah
menjalani perawatan selama tiga bulan di rumah sakit, hasil cek kesehatan Kaleb menunjukkan sebuah perubahan
yang luar biasa. Lobang pada paru-paru kiri dan kanannya telah tertutup semua, bahkan dokter yang melihat hasil roentgen-nya tidak percaya dg hasil yg ada dan memerintahkan untuk memeriksa ulang.


"Terakhir dia cuma nanya sama saya, "Kamu beli nyawa berapa ratus juta?"


Saya cuma tersenyum saja.


Virus HIV yang merupakan bayang-bayang kematian bagi Kaleb tiba-tiba tidak terdeteksi lagi, bahkan dokter
menyatakan bahwa kesehatannya sama seperti orang yg tanpa HIV.


"Hal pertama yang timbul dalam pikiran saya saat itu adalah: ternyata pengharapan itu sungguh ada. Sesudah saya mengetahui fakta-fakta medis yg sangat memuaskan seperti itu, membuat saya semakin bergairah
menjalani hidup saya."


Mengalami mukjizat kesembuhan yg luar biasa itu, membuat Kaleb memutuskan sebuah komitmen yg baru.


"Dulu waktu saya kecil saya melayani berdasarkan kasih karunia, bukan kehendak saya. Komitmen saya kepada Tuhan setelah Tuhan percayakan kehidupan yg kedua
ini pada saya, ialah saya melayani dg hati."


Perjalanan hidupnya ketika menjalani hidup yang baru ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Masih ada
godaan dari teman-temannya yg masih menggunakan narkoba, namun dg kasih karunia Tuhan dia mampu
menolak semua itu.


Hatinya tidak lagi tertarik dg semuanya itu.


"Satu alasan mengapa saya tidak kembali ke kehidupan saya yang lama adalah karena kehidupan yg saya jalani sekarang lebih baik daripada kehidupan saya yg dulu,"
ungkap Kaleb sambil tersenyum.

Sumber Kesaksian:
Kaleb Otniel Hutahaean


Live from BlackBerry® on esia max-d, Internet Max, Biaya Mini.

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.