Monday, April 18, 2016

Gembala yang baik dan Kisah Biskuit Bo Sanchez.

SELALU hidup di bawah pengawasan Gembala yang Baik,
   dan anda akan berjalan dengan selamat melalui padang rumput kejahatan.

St. Padre Pio dari Pietrelcina.

*

Jangan Puas dengan Remah-Remah

Saya merasa seperti seorang "anak kecil" dari negara dunia ketiga, berkhotbah untuk Konvensi Amerika pertama saya.

Maka saya bersemangat sekaligus juga gugup.

Gugup karena saya akan berkhotbah kepada orang-orang Amerika. (Akankah mereka mendengarkan seorang Pinoy berkulit coklat? Akankah mereka mengerti lelucon saya?) Gugup karena kebanyakan Pembicara-Pembicara yang lain adalah para Uskup dan Imam Amerika yang terkenal. Dan gugup karena saya masih berumur dua-puluhan, Pembicara termuda mereka.

Saya merasa kecil, muda, dan bodoh.

Setelah ceramah saya (yang mana mengagetkan saya karena berjalan dengan sangat baik), Konvensi beristirahat untuk makan siang. Para peserta langsung berdesakan ke pintu, berpencar ke restoran-restoran sekitar.

Menjadi seorang Pinoy yang miskin, saya memutuskan untuk berhemat. Saya menemukan sebuah pojok yang sepi di aula, duduk di atas lantai berkarpet, dan mengunyah biskuit saya. Itulah makan siang saya dan saya bahagia.

Hari berikutnya, saya mengkhotbahkan ceramah yang lain.

Dan lagi-lagi, selama jam makan siang, saya melakukan hal yang sama: saya menemukan pojokan saya yang sepi, duduk di atas lantai, dan memakan biskuit saya.

Dan saat itulah salah satu panitia melihat saya dan hampir berteriak, "Ternyata Anda di sini! Saya sudah mencari-cari Anda. Brother Bo, apa yang sedang Anda lakukan di sana duduk di atas lantai?"



Namamu Sudah Tertulis Di Atas Semua Berkat Yang Dirancang Untuk Hidupmu

"Memakan makan siang saya," saya tersenyum.

"Tapi Brother Bo, kami sudah mempersiapkan makan siang untuk semua Pembicara. Para Uskup dan Pembicara yang lain sedang menunggu Anda!"

Sebetulnya saya sadar bahwa para panitia pasti akan mempersiapkan makan siang untuk para Uskup. Tapi untuk saya juga? Enggak lah… Saya hanya seorang anak kecil dari Filipina.

Tapi ketika dia mengantarkan saya ke ruang makan – lihatlah – di sana ada sebuah prasmanan yang besar! Terdapat sebuah meja panjang yang dipenuhi dengan makanan. Ada lima menu utama dengan dua hidangan pencuci mulut dan pelayan yang menuangkan minuman.

Dan yang lebih mengejutkan saya lagi, di atas meja ada sebuah kartu kecil dengan nama saya tertulis di atasnya, "Bo Sanchez – Pembicara". Semuanya itu sudah menanti saya selama ini.

Seorang Uskup di sebelah kursi saya bertanya, "Hai Brother Bo, ke mana Anda kemarin? Tidak ada yang duduk di kursi Anda."

Bagaimana mungkin saya memberitahunya? "Uskup, untuk menghemat uang, saya duduk di sebuah pojokan gelap, mengunyah biskuit saya yang dibungkuskan oleh ibu saya dari Manila."

Mengapa saya melewatkan prasmanan itu?

Inilah sebabnya: Karena saya tidak meminta.

Yang harus saya lakukan hanyalah bertanya kepada para panitia, "Permisi, apakah kalian menyiapkan makan siang untuk para Pembicara?"

Saya tidak meminta karena saya takut untuk meminta.

Dan saya percaya bahwa hal yang sama terjadi juga di dalam kehidupan kita.



Ada Sebuah Prasmanan Berkat Menunggumu!

Seringkali kita melewatkan berkat-berkat Tuhan.

Kita duduk di atas lantai di sebuah pojokan mengunyah sebuah biskuit kecil ketika ada sebuah Prasmanan megah menanti kita – sebuah Prasmanan Berkat. Tuhan telah mempersiapkan perjamuan ini untuk kita – sebuah pesta dengan nama kita di atasnya.

Mengapa kita tidak menikmati Prasmanan Tuhan?

Karena kita tidak tahu itu ada di sana.

Karena kita takut ditolak dari meja itu.

Kita puas dengan berkat-berkat kita yang seukuran biskuit.

Teman, jika selama ini kamu hidup dari kerupuk dan melewatkan pesta, percayalah, saya mengerti dari mana kamu berasal.

Tapi kamu tidak perlu tinggal di pojokan itu selamanya.

Karena itulah saya membagikan pesan ini kepadamu.


Semoga mimpimu menjadi nyata,

Bo Sanchez

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.