Monday, July 6, 2015

TIADA sukacita tanpa rasa syukur.

TIADA sukacita
  tanpa rasa syukur.


***


Marietta, demikian nama panggilan Maria Goretti, lahir di Corinaldo, Italia pada tanggal 16 Oktober 1890. Kedua orang-tuanya, Luigi Goretti dan Assunta Carlini, adalah petani miskin di desa Corinaldo. 


Mereka miskin secara lahiriah tetapi kaya secara rohani karena mereka sesungguhnya orang beriman yang mempercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan. 


Sepeninggal Luigi Goretti kesulitan hidup mereka semakin bertambah parah.

 Ibu Assunta Carlini bersama kelima anaknya terpaksa berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan lapangan kerja buat menyambung hidup. 


Akhirnya mereka menetap di Nettuno, sebuah kawasan penuh rawa-rawa sebagai petani penyewa tanah. Maria Goretti dengan rajin membantu ibunya bekerja di kebun dan merawat adik-adiknya. Meskipun kesulitan hidup terus melilit mereka, namun semangat iman mereka tidak luntur. 


Maria Goretti tetap bersemangat mengikuti pelajaran agama menyongsong pesta Komuni pertama. la rindu sekali secepatnya menyambut Tubuh dan Darah Kristus, meskipun untuk itu ia harus berjalan kaki ke kota untuk mengikuti pelajaran agama. la tetap berusaha menata hidupnya dengan doa dan kerja serta berusaha sekuat tenaga agar tidak jatuh dalam dosa. 


Kepada ibunya ia mencetuskan kata-kata iman berikut: "Lebih baik mati seribu kali daripada berbuat dosa satu kali". 

Ia tidak rela menghina Yesus yang dicintainya dengan berbuat dosa. 


Ujian hidup terhadap kesucian hatinya demikian cepat datang. Adapun Alessandro, pemuda tetangga yang bekerja pada mereka sebagai pembantu untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, menaruh hati pada Marietta. 


Telah berkali-kali ia membujuk Marietta untuk berbuat serong, tetapi tidak pernah ia berhasil menaklukkan keteguhan Marietta. 

Oleh karena nafsu berahi terus menguasai dirinya, ia tetap mencari kesempatan untuk merenggut kesucian Marietta. 


Kesempatan itu akhirnya tiba tatkala Marietta sendirian di rumah menjaga adiknya yang sakit, sedang ibunya berada di kebun. Alessandro, yang sedang bekerja di kebun, tahu bahwa Marietta sendirian di rumah. 

Dengan dalih hendak beristirahat di rumah karena letih, ia segera pulang ke rumah. 

Dalam hatinya ia telah bertekad bulat berhasil atau mati! 

Sesampai di rumah ia terus melaksanakan niatnya. 


Sementara itu Marietta sedang menidurkan adiknya. 

Alessandro memanggil-manggil Marietta dan menyuruh membukakan pintu kamar. 

Tetapi Marietta yang tahu akan maksud jahat Alessandro tetap tidak membuka pintu itu. Sebaliknya ia berdoa meminta perlindungan Tuhan Yesus. 


Karena amarahnya dan dorongan nafsunya, Alessandro mendobrak pintu kamar Marietta. 

Ia masuk dan memaksa Marietta mengikuti dorongan berahinya. 

Tetapi dengan keras Marietta membela diri dan berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman Alessandro. 

Karena Marietta tetap bersikeras menolak keinginannya maka dia menghunus pisau yang sudah lama disiapkannya dan mengancam Marietta. Ancaman ini pun tidak dihiraukan Marietta. Oleh karena itu, Alessandro dengan kalutnya menancapkan pisau tajam itu ke tubuh gadis tak berdosa itu sebanyak 14 kali. 


Senja hari tanggal 5 Juli 1902 itu benar-benar kabut gelap menimpa gadis suci ini. 


Keesokan harinya tanggal 6 Juli 1902, setelah mengakukan dosa-dosanya dan menerima Komuni Kudus, Marietta menghembuskan nafasnya dan meninggal dunia. 

Sebelum meninggal dunia, ia memaafkan dan mengampuni perbuatan keji Alessandro dengan berkata: 

"Aku ingin agar dia berada di dekatku di surga kelak".


Alessandro yang melihat akibat perbuatannya yang keji itu, lari pontang-panting meniggalkan Marietta. 

Dia kemudian ditangkap polisi dan dihukum penjara selama 30 tahun. 


Setelah 8 tahun meringkuk di dalarn penjara, ia menyesali perbuatannya dan memperbaiki hidupnya.


***


Seorang Tionghoa tua menderita sakit parah. Menyadari bahwa hidupnya tidak lama lagi maka dipanggil ketiga putranya yang masing2 sudah menjadi pengusaha kaya.

Kemudian si ayah berkata, "Anak2ku selama ini aku sudah mendidik kalian dengan baik sehingga kalian semua menjadi sukses.
Hidup papa tidak akan lama lagi & sebelum meninggal papa hanya ada 1 permintaan, yaitu uang 1 milyar dari msg2 kalian.
Papa perlukan uang ini supaya tidak sengsara di kehidupan selanjutnya..

Jadi nanti letakkan uang 3M ini ke dalam peti mati papa sebelum peti ditutup."
Ketiga anak pun langsung mengiyakan permintaan terakhir ini.

Setelah keluar dari kamar, ketiga anak ini mendiskusikan permintaan sang ayah. "Saya akan penuhi permintaan papa", sahut si sulung tegas.
"Saya juga" kata anak kedua
Si bungsu terdiam lama sambil merenung.

Setelah didesak kedua kakaknya dia pun menjawab, "Permintaan papa ini kayaknya tidak bijaksana, saya akan pertimbangkan dulu."

Esoknya si ayah meninggal dan menjelang penutupan peti, si sulung menghampiri peti mati ayahnya. Sejenak dia berdoa, meneteskan air mata, meletakkan uang kontan 1M & mundur. Giliran anak kedua maju ke peti, Sejenak dia berdoa, meneteskan air mata, meletakkan uang kontan 1M & mundur.

Giliran si bungsu. Dia berdoa lama sekali, meneteskan air mata banyak sekali & kemudian menoleh ke kedua kakaknya, "Papa bener cuma minta 3M? Apa tidak kurang?"

"Iya bener cuma 3M, itu sdh cukup. Ayo cepetan biar peti bisa segera ditutup," jawab kedua kakaknya.

Kemudian si bungsu meletakkan selembar cek senilai 5M ke dalam peti & mengambil uang kontan 2M yang ada di dalam peti sebagai uang kembalian..
😄😄😄😄                        
Ini baru CERDAS!



No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.