Mg B XX
Mg Biasa XX:
Yer 38:4-6.8-10;
Ibr 12:1-4;
Luk 12:49-53
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan,
api itu telah menyala"
Jika terjadi kebakaran, entah kebakaran rumah atau hutan, pada umumnya
aneka barang atau pohon ludes menjadi abu, tak berbekas lagi. Kiranya
hanya emas murni yang tak akan hancur bahkan semakin memperlihatkan
kemurnian atau keasliannya.
Demikan juga dalam keadaan terang
benderang, entah itu siang hari ketika matahari bersinar atau malam
hari dengan penerangan listrik yang kuat dan besar, maka semuanya akan
terlihat dengan jelas.
Hal yang sama juga ada dalam diri manusia, jika
telanjang bulat tanpa asesori apapun, kiranya akan kelihatan jelas
lekuk-lekuk tubuh serta kehalusan atau kekasaran kulit/lapisan luar
tubuhnya dimana antara lain kelihatan saluran ototnya.
Sabda hari ini
mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menampilkan atau
menghadirkan diri asli, apa adanya, tanpa ditutup-tutupi atau dengan
assesori, dan tidak bersandirawa dalam kehidupan.
Maka marilah kita
renungkan atau refleksikan sabda Yesus di bawah ini.
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan,
api itu telah menyala!Aku harus menerima baptisan, dan betapakah
susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!Kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu,
bukan damai, melainkan pertentangan." (Luk 12:49-51)
Yesus datang ke dunia, Allah menjadi manusia, untuk memperbaharui
dunia seisinya atau memurnikan atau menjernihkan manusia agar tetap
setia menjadi gambar atau citra Allah. Maka marilah kita mawas diri:
sejauh mana kita masih menjadi gambar atau citra Allah, orang yang
senantiasa setia melaksanakan kehendak dan perintah Allah.
Atau
mungkin secara konkret mawas diri: apakah saya setia pada janji-janji
yang pernah kita ikhrarkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan,
janji imamat atau kaul dst..
Mungkin baik mengingat dan memperhatikan
kita semua pada umumnya, saya mengajak anda sekalian untuk berrefleksi
perihal janji baptis dan janji perkawinan.
Ketika dibaptis, entah secara langsung atau melalui wali baptis, kita
berjanji "hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua
godaan setan". Tuhan Allah hidup dan berkarya dalam diri manusia yang
berkehendak baik, maka baiklah kita imani kehadiran dan karyanya, yang
berarti secara konkret kita semua yang berkehendak baik dipanggil
untuk saling mengabdi atau melayani alias saling membahagiakan atau
menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa. Sedangkan dalam diri manusia
yang tak berkehendak baik, Tuhan Allah mengundang dan memanggil kita
untuk mengajak orang yang bersangkutan bertobat, kembali senantiasa
berkehendak baik serta melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan
membahagiakan.
Godaan setan pada masa kini menggejala dalam tawaran aneka kenikmatan,
misalnya dalam hal makanan dan minuman, harta benda atau uang dan
seks, maupun kehormatan dunia, sebagaimana juga setan pernah merayu
Yesus. Saat ini yang sungguh dengan mudah orang jatuh ke tawaran
adalah makanan atau minuman, yaitu makanan dan minuman dalam kemasan
atau instant. Makanan dan minuman instant akan memperlemah ketahanan
tubuh kita dan dengan mudah kita jatuh sakit, maka kami harapkan anda
semua menikmati atau mengkomsumsi makanan dan minuman `organik'/alami.
Tawaran kenikmatan seks juga merebak di mana-mana, antara lain karena
pengaruh internet atau HP.
Marilah dengan tegas kita lawan godaan
setan yang menggejala dalam aneka tawaran kenikmatan tersebut.
Hidup berkeluarga sebagai suami-isteri yang setia dan baik merupakan
dasar dan landasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun
beragama. Maka kepada anda yang sudah berkeluarga kami harapkan anda
`terlepas' dari orangtua atau saudara kandung. Yang terkasih bagi anda
adalah pasangan hidup anda masing-masing, maka hendaknya anda sebagai
suam-isteri saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain; jangan
mudah dipengaruhi oleh orangtua maupun mertua anda, namun ketika anda
nasihat agar anda berdua saling mengasihi dengan baik dan benar,
hendaknya didengarkan dan diikuti.
Kepada rekan-rekan segenap anggota
lembaga hidup bakti kami ingatkan dan ajak untuk setia menghayati
spiritualitas atau charisma pendiri.
Kepada kita semua kami ajak dan
ingatkan untuk hidup dan bertindak dengan jujur, tanpa sandiwara atau
kepura-puraan. Marilah kita saling mengingatkan dalam hal kesetiaan
pada panggilan dan tugas pengutusan.
"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi
kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang
diwajibkan bagi kita.
Marilah kita melakukannya dengan mata yang
tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa
iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan
tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang
sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Ibr 12:1-2)
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk melakukan
segala sesuatu `dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin
kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan'.
Memang dengan itu kita tak akan terlepas dari `salib', yang berarti
cara berpikir kita sesuai dengan cara berpikir Yesus, cara melangkah
sesuai dengan langkah Yesus, dan gerakan tangan kita senantiasa
menjadi berkat atau rahmat bagi orang lain, sebagaimana juga terjadi
dalam diri Yesus. Namun karena belum tentu kita semua beriman kepada
Yesus, maka baiklah saya mengajak anda semua dalam melakukan segala
sesuatu dengan mata yang tertuju kepada Allah, dengan kata lain segala
sesuatu yang kita lakukan membantu kita semakin beriman kepada Allah,
semakin suci, semakin membaktikan diri pada Penyelenggaraan Ilahi.
Sebagai orang beriman kita semua juga diingatkan untuk `mengabaikan
kehinaan tekun memikul salib', yang secara konkret berarti siap sedia
melakukan sesuatu yang menurut banyak orang hina dan kurang diminati,
tetapi merupakan jalan utama untuk mengusahakan keselamatan jiwa
manusia. Aneka derita dan tantangan yang lahir dari kesetiaan pada
iman, panggilan dan tugas pengutusan hendaknya disikapi dan dihayati
sebagai `api yang membakar hati kita' atau membakar cinta kita agar
semakin membara, bergairah dalam mencinta. Cinta semakin dibakar akan
semakin menyala dan membara.
"Baiklah orang ini dihukum mati! Sebab sebenarnya dengan mengatakan
hal-hal seperti itu maka ia melemahkan semangat prajurit-prajurit yang
masih tinggal di kota ini dan semangat segenap rakyat. Sungguh, orang
ini tidak mengusahakan kesejahteraan untuk bangsa ini, melainkan
kemalangan."( Yer 38:4), demikian kata para pemuka rakyat kepada
pemimpinnya. Kata atau saran tersebut sebenarnya merupakan bujukan
atau rayuan untuk membunuh orang baik yang akan memperbaiki cara hidup
para prajurit dan rakyat kota, yang brengsek dan tak bermoral.
Sepintas kelihatan sebagai usulan atau saran demi kepentingan umum.
Nabi memang harus berani melawan arus, dimana arus umum hidup bersama
brengsek harus dihancurkan dan untuk itu memang harus berani mati.
Maka kepada para pejuang dan pembela kebenaran kami ajak dan ingatkan
untuk tidak takut dan tidak gentar menghadapi ancaman macam itu, namun
tetaplah setia memperjuang kebenaran dan enkejujuran.
"Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan
mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang
kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit
batu, menetapkan langkahku,Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku
untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi
takut, lalu percaya kepada TUHAN." (Mzm 40:2-4)
Ign 18 Agustus 2013
God Bless All of You.
No comments:
Post a Comment
Do U have another idea ?
LET'S SHARE 2 US.