Thursday, September 1, 2011

PERBUATAN BAIK TAK PERNAH SIA-SIA

Ada seorang dermawan yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan. Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya.

 
Pada kesempatan pertama, dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada dermawan yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat.
Mendengar kabar ini si dermawan hanya mengatakan" Ya Tuhan, aku telah memberikan uang kepada seorang penjahat"

Pada kesempatan kedua, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orang tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada dermawan yang telah memberikan uang kepada seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata "Ya Tuhan, aku telah memberikan uang kepada koruptor".

Si dermawan ini tidak berputus asa, pada kesempatan ketiga dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka esok harinya pun tersiar kabar bahwa ada dermawan yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata. "Ya Tuhan, aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya".

Banyak orang menyimpulkan bahwa si dermawan ini adalah seorang yang "Ceroboh" Asal saja dia memberikan uang yang dimilikinya kepada orang yang tidak dikenalnya, padahal jika dia  lebih teliti maka niat baik nya itu bisa lebih berguna tersalurkan kepada orang yang memang membutuhkan.

Tapi ternyata suatu niat yg baik pasti akan berakhir dengan baik, pun begitu pula dengan "kecerobohan" si dermawan.

Uang yg diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik, orang yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha.

Sementara sang koruptor, uang cuma-cuma yg diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah.

Sementara itu pemberian yang diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yang kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu harus lah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang sederhana ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain.

Sahabat,
      tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap suatu kebaikan.
Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan.
Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan,
      tapi berapa banyak yang bisa kita berikan.
[Kelly Chang, Jogjakarta]


===========================
Kamis, 1 September 2011
Hari Biasa Pekan XXII
S.Maria Magareta Redi, Perawan

Kol.1:9-14   +   Mzm.98:2-6   +   Luk.5:1-11
---------------------------------------------
Video Music : http://www.youtube.com/watch?NR=1&v=9Kq3BFRDl5I
http://www.youtube.com/watch?v=_87ihPyjI1I&feature=related
---------------------------------------------
Luk.5:1-11 = Penjala ikan menjadi penjala manusia
(Mat 4:18-22; Mr 1:16-20)
(1)
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret,
      sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
(2)
Ia melihat dua perahu di tepi pantai.
Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.
(3)
Ia naik ke dalam salah satu perahu itu,
      yaitu perahu Simon,
           dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.
Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
(4)
Setelah selesai berbicara,
      Ia berkata kepada Simon:
      "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
(5)
Simon menjawab:
"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa,
     tetapi karena Engkau menyuruhnya,
          aku akan menebarkan jala juga."
(6)
Dan setelah mereka melakukannya,
     mereka menangkap sejumlah besar ikan,
          sehingga jala mereka mulai koyak.
(7)
Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya.
Dan mereka itu datang,
     lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
(8)
Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata:
"Tuhan, pergilah dari padaku,
     karena aku ini seorang berdosa."
(9)
Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
(10)
     demikian juga Yakobus dan Yohanes,
          anak-anak Zebedeus,
               yang menjadi teman Simon.
Kata Yesus kepada Simon:
"Jangan takut,
     mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
(11)
Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat,
     merekapun meninggalkan segala sesuatu,
          lalu mengikut Yesus.
-----------------------------------------------
Simon sudah semalaman menangkap ikan di laut dan kembali pulang ke pantai kampung nelayannya, pasti dengan suasana hati yang "kurang" senang. Namun saat Yesus meminta dia menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai, Simon melakukannya. Dan dia ikut mendengarkan firman Allah melalui pengajaran Yesus, bersama orang banyak. Ketika Yesus selesai mengajar dan meminta dia kembali melaut, Simon pada awalnya sedikit menolak karena sebagai nelayan dia tahu bukan waktu yang baik untuk melaut di pagi/ siang hari, tapi dia tetap melakukannya. Simon melakukan karena percaya kepada Yesus dan mau mengalahkan kelelahan/ ketidak puasan hatinya. Hasilnya: Mereka mendapatkan ikan yang sangat banyak.
Smoga kita mampu mendengar suara Tuhan dan mau melakukan sekali lagi sesuai permintaan-Nya.
==========================

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.