Asah Kepekaan Dan Kepedulian, Miliki Belas Kasih, Berbagi Dengan Tulus
By Veronica H. Angkatirta
MANUSIA selalu berpikir secara rasional, apa yang menurutnya terbatas bagi dirinya, pasti tidak mungkin cukup untuk dibagikan kepada orang lain. Faktor inilah yang mendorong banyak orang untuk enggan berbagi kepada sesamanya; mereka lebih mengutamakan kenyamanan diri sendiri.
Lewat kisah penggandaan lima roti dan dua ikan, Yesus mengetuk hati kita untuk:
Peka dan peduli terhadap keadaan sekitar kita. Jangan bersikap masa bodoh dan pergi menghindar agar terlepas dari tanggung jawab yang harus kita emban.Berbelas kasih kepada orang yang membutuhkan uluran tangan kita.Memiliki kemauan untuk mewujudkannya dalam tindakan nyata
Sadari bahwa kekuasaan Tuhan tak terbatas; Ia sanggup mengadakan segala perkara. Persembahkan apa yang kita miliki kepadaNya secara tulus, Ia pasti turun tangan untuk mengubah hal yang kecil dan sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa, yang berguna bagi banyak orang. Mari asah kepekaan dan kepedulian kita, tumbuhkan belas kasih dan jadilah saluran berkat bagi yang membutuhkan.
#
Bacaan Liturgi 07 Agustus 2017
Senin Pekan Biasa XVIII
PF S. Kayetanus, Imam
PF S. Sustus II. Paus, dan teman-temannya, Martir.
Bacaan Pertama
Bil 11:4b-15
Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas bangsa ini.
Pembacaan dari Kitab Bilangan:
Sekali peristiwa, dalam perjalanannya melintasi gurun pasir,
orang-orang Israel berkata,
"Siapakah yang akan memberi kita makan daging?
Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir tanpa bayar,
akan mentimun dan semangka,
bawang prei, bawang merah dan bawang putih.
Tetapi sekarang kita kurus kering,
tiada sesuatu pun yang kita lihat kecuali manna."
Adapun manna itu seperti ketumbar
dan kelihatannya seperti damar bedolah.
Orang-orang Israel berlari kian ke mari untuk memungutnya,
lalu menggilingnya dengan batu kilangan
atau menumbuknya dalam lumpang.
Mereka memasaknya dalam periuk
dan membuatnya menjadi roti bundar;
rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.
Dan apabila embun turun di tempat perkemahan pada waktu malam,
maka turunlah juga manna di situ.
Musa mendengar keluh-kesah bangsa itu,
sebab orang-orang dari setiap keluarga menangis
di depan pintu kemahnya.
Maka bangkitlah murka Tuhan dengan sangat,
dan hal itu dinilai jahat oleh Musa.
Maka berkatalah Musa kepada Tuhan,
"Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk,
dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia dalam pandangan-Mu?
Mengapa Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?
Akukah yang mengandung atau melahirkan bangsa ini?
Mengapa Engkau berkata kepadaku,
'Pangkulah dia
seperti seorang inang memangku anak yang sedang menyusu?
Bimbinglah dia ke tanah
yang Kujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyangnya!"
Dari manakah aku mengambil daging
untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini?
Sebab mereka menangis kepadaku dan berkata,
'Berilah kami daging untuk dimakan.
Aku seorang diri
tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini,
sebab terlalu berat bagiku.
Jika Engkau berlaku demikian kepadaku,
sebaiknya Engkau membunuh aku saja;
jika aku mendapat kasih karunia dalam pandangan-Mu,
janganlah kiranya aku mengalami malapetaka!"
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur
Mzm 81:12-17
R:2a
Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.
*Umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku,
dan Israel tidak suka kepada-Ku.
Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya;
biarlah mereka berjalan mengikuti angan-angannya sendiri!
*Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku;
sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan,
seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan,
dan para lawan mereka Kupukul dengan tangan-Ku.
*Orang-orang yang membenci Tuhan akan tunduk kepada-Nya,
dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya.
Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik,
dan dengan madu dari gunung batu
Aku akan mengenyangkannya.
Bait Pengantar Injil
Mat 4:4b
Manusia hidup bukan saja dari makanan,
melainkan juga dari setiap sabda Allah.
Bacaan Injil
Mat 14:13-21
Sambil menengadah ke langit Yesus mengucapkan doa berkat;
dibagi-bagi-Nya roti itu, dan diberikan-Nya kepada para murid.
Lalu para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Sekali peristiwa,
setelah mendengar berita pembunuhan Yohanes Pembaptis,
menyingkirlah Yesus;
dengan naik perahu
Ia bermaksud mengasingkan diri ke suatu tempat yang sunyi.
Tetapi orang banyak mendengarnya
dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat,
dari kota-kota mereka.
Ketika Yesus mendarat,
Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya,
maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka
dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Menjelang malam para murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata,
"Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.
Suruhlah orang banyak itu pergi
supaya dapat membeli makanan di desa-desa."
Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Mereka tidak perlu pergi. Kalian saja memberi makan mereka."
Jawab mereka,
"Pada kami hanya ada lima buah roti dan dua ekor ikan."
Yesus berkata, "Bawalah ke mari."
Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput.
Setelah itu Ia mengambil kelima buah roti dan kedua ekor ikan itu.
Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat,
dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikan-Nya kepada para murid.
Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Mereka semua makan sampai kenyang.
Kemudian potongan-potongan roti yang sisa dikumpulkan
sampai dua belas bakul penuh.
Yang ikut makan kira-kira lima ribu orang pria,
tidak termasuk wanita dan anak-anak.
Demikianlah Injil Tuhan.
#
"BERBAGI"
Bacaan Liturgi 07 Agustus 2017
Senin Pekan Biasa XVIII
Bacaan Pertama Bil 11:4b-15 Mazmur 81:12-17
Bacaan Injil Mat 14:13-21.
Injil Matius 14:16, menulis.
Yesus berkata: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan."
Berbagi tidak perlu menunggu punya banyak. Orang yang berbagi dari kekurangannya ketika ia hanya punya lima roti dan dua ikan, nah itu baru luar biasa. Seharusnya, apa yang hanya sedikit tidak cukup untuk banyak orang. Namun, ternyata kerelaan berbagi akan diberkati oleh Tuhan secara melimpah sehingga cukup untuk banyak orang. Di dunia ini ada banyak orang lapar, bukan hanya lapar akan makanan, tetapi juga lapar akan perhatian dan kasih sayang, ada banyak yang lapar akan penghargaan dan pengampunan. Apakah hati kita tergerak oleh belas kasihan kepada mereka yang lapar?
Tuhan, ajarilah aku berbagi apa yang aku miliki, berilah aku kerelaan untuk berbagi, bahkan ketika aku sendiri masih kekurangan. Berilah kesabaran dan jalan keluar bagi mereka yang lapar akan berbagai hal dan pada akhirnya semua orang mendapatkan rezeki yang cukup. Amin.
Met Hari Senin.
#
Senin, 07 Agustus 2017
*Peran*
*Kita membutuhkan orang lain yang membutuhkan kita.*
(Carl Rogers)
**************
Met pagi Ibu/Bpk/Sdr ...
Mari kita renungkan *peran-peran dalam hidup kita.*
Seorang aktor teater profesional sangat ahli memerankan Hamlet, pangeran Denmark.
Ia begitu menghayati perannya.
Gerak gerik, tutur kata, bahasa tubuhnya persis Pangeran Hamlet.
Penampilannya di panggung selalu mengundang decak kagum dan tepuk tangan para penonton.
Malam hari dia turun panggung lalu pulang ke rumah.
Masih terngiang di telinganya tepuk tangan penonton yang membahana.
Dia tidak sabar, ingin naik pentas lagi, mendengar sambutan dan decak kagum penonton.
Perannya begitu merasuk, namun dihayati secara keliru.
Ia tidak sadar, bahwa yang dilakoninya cuma peran, bukan identitasnya sendiri. Maka hidupnya tersiksa, dilanda kesepian luar biasa.
*Seharusnya begitu turun panggung, ia menghayati jati dirinya sendiri.*
Dalam hidup ini, kita juga memainkan beberapa peran.
Kita harus berperan sebaik mungkin, namun di lain pihak kita harus sadar bahwa *peran hanyalah peran.*
Semua akan berakhir pada waktunya. Tidak ada peran abadi.
Peran sebagai guru berakhir ketika masa pensiun tiba. Peran sebagai suami berakhir manakala istri dipanggil Tuhan lebih dulu.
Peran sebagai orangtua berakhir ketika anak dewasa.
Bagaimana jika peran" kita sudah berakhir?
Haruskah hidup kita kosong tanpa peran?
Sekadar menunggu saat bel berbunyi?
Jika masa penantian itu singkat, mungkin kita bisa tahan. Bagaimana jika masa penantian itu cukup panjang? Haruskah kita tersiksa kesepian berkepanjangan?
Merasa tak berguna karena tidak ada lagi orang yang membutuhkan kita?
Sama sekali tidak perlu. *Kita bisa mengambil peran baru yang kita pilih sendiri.*
Misalnya aktif di gereja atau di lingkungan sesuai dengan kemampuan kita.
Yang saya amati di paroki Blimbing, banyak lansia menjadi AI, atau lektor, atau pemandu PI.
Dengan demikian mereka menjadi *bermakna bagi sesama dengan cara menghayati peran baru.*
Selain itu, saatnya kita mengembangkan hobi yang dulu belum sempat dikembangkan.
Hobi merawat taman, membuat kliping tentang arsitektur gereja, mempelajari sejarah pembentukan Alkitab dll.
*Masa lansia bisa menjadi tahun-tahun terbaik kehidupan kita.*
Berkah Dalem.
🙏🙏🙏
No comments:
Post a Comment
Do U have another idea ?
LET'S SHARE 2 US.