Kerendahan Hati.

*Doa Untuk Kerendahan Hati*

YA Bapa, berilah kami kerendahan hati untuk menyadari ketidaktahuan,

Mengakui kesalahan, mengenali kebutuhan, menyambut saran,
Menerima teguran.

Bantu kami untuk selalu memuji daripada mengkritik,

Untuk bersimpati daripada mematahkan semangat,
untuk membangun
bukan untuk menghancurkan,

Dan untuk berpikir tentang kebaikan daripada keburukan sesama.

Semua ini kami mohon dalam nama-Mu. Amin.                        

*Doa William Barclay*

*

Mutiara Iman.

KELUARKANLAH DAHULU.
9 September 2016.

"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu"
(Luk 6:42)

Lectio
1 Kor 9:16-19,22b-27; Mzm 84:3,4,5-6,12; Luk 6:39-42.

Di saat sedang istirahat, Siska didatangi Susi sahabatnya yang berkata :
"Sis, kok kamu bisa berteman dekat dengan Indri?
Dia itu bisanya hanya menjelek-jelekkan teman, termasuk gue juga dijelek-jelekkin."

Lalu Siska menjawab :
"Susi, orang yang pertama kali harus berhenti membicarakan kejelekan orang lain adalah kita, karena kita juga tidak pernah sempurna. Ketika berhenti menjelekkan orang lain, kita akan mampu melihat kebaikan orang dan membicarakannya."

Mendengar itu Siska berkata :
"Susi, kamu sangat bijaksana."

Yesus berkata :
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Lihat dan katakanlah kebaikan orang, maka kita tidak akan melihat kejelekannya.

Oratio
Ya Tuhan, mampukan hati kami melihat sesama dengan mata hati-Mu. Amin

Missio
Marilah kita melakukan karya kerahiman dengan selalu melihat hal positif dari sesama.

Have a Blessed Friday.

*

St Peter Claver, Priest.
Friday 9th September.

Luke 6:39-42.

He also told them a parable: "Can a blind man lead a blind man? Will they not both fall into a pit? ... Why do you see the speck that is in your brother's eye, but do not notice the log that is in your own eye?
Or how can you say to your brother, 'Brother, let me take out the speck that is in your eye,' when you yourself do not see the log that is in your own eye?

You hypocrite, first take the log out of your own eye, and then you will see clearly to take out the speck that is in your brother's eye.

How easily we see defects in others! How difficult it is to see our own mistakes!
How ready we are to correct others and help them to improve! How slow we are to accept our own failures and amend them!

We are sometimes like the boy who failed his maths exam. He gave the report to his dad who obviously wasn't happy at all:
–'This can't be: it's unacceptable!' the dad said, 'It deserves severe punishment!

–'You are quite right, dad' replied the boy, 'it DOES deserve SEVERE PUNISHMENT! I couldn't agree more. And... I know where the teacher lives!'

Some people don't know themselves or their defects but are, nevertheless, always ready to correct others about anything. They are 'professional critics' who always analyse everyone except themselves.

The story is told of a nit–picking arts professor who was guiding his students around an art gallery.

He was criticizing all the portraits they were finding: the style was poor, the model inappropriate, the colours messed up...

The man stopped in front of a full-length portrait of an old man. He smiled in disdain and started criticizing it: 'What a ridiculous lanky fellow! Look at the disproportion of the big nose and ears in a small head; do you see the slovenly clothes and lack of taste...'

Someone interrupted him: 'Professor! This is not a portrait... it's a mirror!'

St Augustine said that we often see in others the reflection of our own defects. We need to examine ourselves to spot our faults and try to correct them.
Once we strive to correct our own mistakes we won't get annoyed with the shortcomings of others and we will be able to help them to improve...

Mary, my Mother, help me to see those aspects that God wants me to change and obtain for me from Heaven the grace I need to change them.

*

Tips of the day:
day 1461.

Tidak perlu memaksa sebuah pohon untuk berbuah lebat. Hanya ketika dahan itu menempel pada pokoknya, maka ia akan menghasilkan buah dengan sendirinya.

Jika kita setiap hari pergi, belajar, bekerja, melakukan sesuatu bersama-sama dengan seseorang yang ahli, maka kita mungkin tidak butuh waktu yang panjang untuk berhasil.

Kuncinya sederhana: "menempel terus". Jika melekat dengan orang-orang hebat bisa membuat kita jadi hebat, bisa dibayangkan apa jadinya kalau kita melekat pada Kristus, Allah Yang Maha Kuasa?

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."
(Yohanes 15:5).

Selamat pagi sahabat, have a blessed Friday!

*