RENUNGAN PAGI. Rabu, 22 Febuari 2012.

Mereka menabur abu di atas kepala dan mengenakan kain kabung. Dara dara Yerusalem menundukkan kepalanya ke tanah
Ratapan 2:10b

Hari ini di seluruh dunia diperingati sebagai hari Rabu Abu atau awal dari masa pra Paskah atau masa sengsara
Ibadah Rabu Abu diambil dari ibadah umat Israel untuk menghayati sikap merendahkan diri dan pertobatan di hadapan Allah, setelah Israel dihukum oleh Allah

Menabur abu di atas kepala sebenarnya untuk mengingatkan mereka yang telah diciptakan Allah dari debu tanah, yang berarti bahwa manusia itu fana adanya, terbatas, lemah dan tak berdaya.


Mereka diingatkan bahwa hidupnya bersumber dari kasih karunia dan anugerah Allah, oleh karena itu tidak ada alasan sedikitpun untuk memegahkan diri.

Mereka terdorong oleh sikap iman untuk merendahkan diri, mohon pengampunan atas dosa-dosa dan pertobatan kepada Allah melalui puasa
Hakikat puasa adalah untuk mengembalikan umat akan tujuan dan makna hidup yang dikehendaki Tuhan

Jangan sampai puasa, hanya sekedar formalitas belaka dan malah terjebak dalam rutinitas ibadah puasa yang terlepas dari proses pembaharuan hidup, sehingga kita tidak sungguh-sungguh merendahkan diri dan bertobat di hadapan Allah, melainkan merasa diri lebih baik dari mereka yang tidak berpuasa

Jadi puasa bukan sekedar melatih fisik untuk menahan lapar dan haus, tetapi yang terpenting adalah penyangkalan diri, kesediaan untuk mematikan "keakuan" dan kepentingan diri sendiri
Kita dilatih untuk memiliki kepekaan akan penderitaan orang lain

Alkitab berkata; "berpuasa yang Kukehendaki ialah supaya engkau membuka belengu-belengu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa kerumahmu orang miskin yang tak punya rumah dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri

Tuhan Yesus memberkati.