Friday, 13th OCTOBER
Luke 11:15-26
Jesus said to the Jews: "If Satan is divided against himself, how will his kingdom stand? For you say that I cast out demons by Be-elzebul...But if it is by the finger of God that I cast out demons, then the kingdom of God has come upon you. When a strong man, fully armed, guards his own palace, his goods are in peace; but when one stronger than he assails him and overcomes him, he takes away his armour in which he trusted, and divides his spoil. He who is not with me is against me, and he who does not gather with me scatters."
Lucifer (which means 'morning star') was one of the top angels in glory, wisdom and power. But he thought he could fight against God and, obviously, he was wrong. Then he decided to fight against the children of God. Such a powerful angel against humans was a very one-sided war. He thought he was like the strong man of the parable, fully armed and with his goods undisturbed. But if the devil thought that he could overcome men, he was wrong again, because God became a man and that 'stronger Man' defeated him.
There is a tale of a few ants that were having a banquet over the skin of an elephant while the elephant was sleeping. Suddenly, the elephant got up and with a quick shake sent them off. All but one. One ant found itself hanging on to a hair under the elephant's mouth. From the ground the other ants started calling up to him: 'Come on! Don't give up! It's almost yours. Smother it with your bare hands!' The devil has less chance of defeating God than that ant had of smothering the elephant…
If we are united to Christ we are safe. And precisely for that reason the enemy will always try to separate us from Him. You see? The enemy thought he could fight against us, and indeed we are no match for him, but he trembles at the Name of Jesus, he trembles at the name of Our Lady, and "he trembles and flees at the sight of your Guardian Angel", as St John Bosco taught. Do you see the whole picture? A good Christian is shielded behind Jesus, Our Lady, St Joseph (who is called "Terror of the demons"), St Michael the Archangel, your Guardian Angel… It is certainly a one-sided battle: the enemy has no chance.
Mary, Queen of Angels, let me be always shielded by you
#
Commentary of the day :
Saint Pio of Pietralcina "Padre Pio" (1887-1968), Capuchin
CE 33
The field of spiritual combat
At every moment of life the human soul is the field of combat between God and Satan. So it is essential that the soul allows free access to the Lord so that he can strengthen it on every side and with all kinds of weapons. Thus his light will be able to enlighten it so as to fight better against the darkness of error. Clothed with Christ (Gal 3:27), with his truth and righteousness, protected by the shield of faith and the word of God, it will overcome its enemies however strong they may be (Eph 6:13f.). Even so, however, to be clothed with Christ we must die to ourselves.
#
_*Saya Hanya Sedang Ingin Makan Nasi Kuning. Terlalu Mulukkah Itu?*_
REFLECTIONS & INSPIRATIONS
@pramudya in Reflections & Inspirations
_Kalau yang kecil begini saja tak teraih, apalagi yang besar?_
Suatu kali saya mesti berdinas ke luar kota. Meninggalkan keluarga sejenak demi tugas adalah bagian yang tak terhindarkan dari pekerjaan saya. Sebuah keharusan yang tak akan pernah menjadi mudah, bahkan setelah puluhan hingga ratusan kali saya melakukannya.
Saya menemukan sedikit penghiburan dengan mencicipi makanan khas daerah yang saya kunjungi. Saya lebih suka mencari apa yang biasa saya sebut 'local champion', makanan sehari-hari yang ramai dikunjungi penduduk setempat, dan bukan para turis. Selain murah meriah, saya juga bisa merasakan taste 'asli' sebuah makanan.
Pagi itu, saya memang sudah berencana untuk tidak menikmati sarapan pagi yang disediakan oleh hotel. Malam sebelumnya saya sudah melihat di sekeliling hotel tempat saya menginap ada banyak penjual kaki lima yang tampaknya selalu ramai. Lagi pula, makanan hotel di mana saja relatif sama, bukan?
Saya pun berjalan mengelilingi kawasan seputar hotel.
Ada dua penjual makanan yang menarik perhatian saya. Yang pertama adalah penjual nasi kuning di sebuah emper toko. Sepagi itu, sudah lebih dari sepuluh orang mengerubungi sang penjual. "Ini pasti enak," batin saya. Namun, nasi kuning bukanlah makanan khas daerah itu. Untuk sarapan hari pertama, saya ingin mencoba makanan khas. Untungnya, ada juga penjualnya, tak jauh dari penjual nasi kuning tadi. Lezat memang, menikmati makanan khas di daerah asalnya.
Sepanjang hari beraktivitas, beberapa hal memenuhi pikiran saya. Rencana masa depan, tanggung jawab yang ada, dan juga kadang tebersit ketakutan tertentu. Walaupun saya bolak-balik berbicara di muka publik tentang bagaimana mengatasi ketakutan, namun toh hal itu masih bisa menyelinap dalam benak saya. Ringkasnya, malam itu tak seperti biasanya. Ada cukup banyak hal berkecamuk dalam pikiran. Ada kegelisahan dan pertanyaan yang tak terjawab. Kadang tebersit juga sedikit penyesalan: mengapa tidak begini dan begitu yang terjadi. Bahkan keraguan, apakah Sang Pencipta Kehidupan masih memperhatikan hidup dan doa-doa saya?
Pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Suntuk, lelah dan gelisah.
Tak tahu lagi apa yang harus saya perbuat, saya pun tertidur.
Saya bangun dengan bersemangat pagi itu. Nasi kuning di emper toko, itu sebabnya!
Saya pergi dan segera mencari penjual nasi kuning itu. Sebenarnya saya sudah beberapa kali menikmati makanan ini di Surabaya, namun antrian yang saya lihat kemarin jelaslah menjanjikan sesuatu yang berbeda. Segera saja terbayang gurihnya nasi kuning, ditaburi abon yang manis, serta telur goreng yang diiris tipis-tipis.
Bayangan kelezatan itu mempercepat langkah saya. Tak butuh waktu lama, saya pun tiba di tempat.
Dan … ternyata saya tak menemukan penjual nasi kuning itu di sana.
Sama sekali tak ada jejaknya. Saya mengelilingi tempat yang sama, mencoba mencari kemungkinan apakah ia berpindah, ternyata juga tak ketemu. Saya celingak-celinguk seperti orang bingung di depan toko itu.
"Mas, nyari apa?" sapa ramah seorang di depan sebuah toko.
"Pak, yang kemarin jual nasi kuning di sini, yang ramai itu, ke mana, ya?" jawab saya
"Oh, yang itu kalau hari Senin begini libur, Mas," jawabnya sambil membuka pintu tokonya.
Ah, betapa kecewanya hati saya. Pupus sudah angan-angan menikmati lezatnya nasi kuning sejak semalam.
Melangkah gontai, rasanya saya ingin segera kembali saja ke hotel. Tapi, mengapa tidak mencoba mencari nasi kuning di penjual lain? Saya bertanya pada diri sendiri.
Tekad kembali saya bulatkan. Saya mengayun langkah, berkeliling mencari penjual nasi kuning lain. Keinginan menikmati nasi kuning sudah memuncak, barangkali mirip perempuan yang sedang ngidam.
Dua puluh menitan berkeliling, saya tak menemukan penjual nasi kuning sama sekali. Yah, apa boleh buat.
"Pingin makan nasi kuning saja enggadapat. Keinginan kecil saja tak terkabul, apalagi yang besar," keluh saya dalam hati. Saya tahu benar kepada siapa keluhan itu tertuju. Siapa lagi kalau bukan pada Yang Empunya Kehidupan. Saya betul-betul kecewa.
Terlintas dalam pikiran,
jika keinginan kecil begini saja tak teraih, apalagi yang besar?*
Saya pun langsung menuju ruang makan di hotel. Tak bersemangat, saya ambil piring. Mata saya tertuju pada lauk-pauk yang terhidang di sana. Ada telur, abon, perkedel, dan …
"Astaga!" pekik saya dalam hati, "Ini lauk-pauk yang biasa menemani nasi kuning, kan?"
Penasaran, saya membuka tempat nasi.
"Ya, Tuhan …" Tak mampu lagi saya berkata-kata.
Nasi kuning tersaji di penanak nasi. Hangat, dengan uap yang langsung mengepul begitu saya membuka penutupnya.
Kini, saya mesti berjuang untuk menahan tetesan air mata.
Sepanjang hidup saya, itulah nasi kuning terlezat yang pernah saya nikmati. Nasi kuning dan lauk pauknya yang menjadi tanda, tak ada keinginan yang terlalu kecil di hadapan Sang Pencipta Kehidupan. IA mengamati kehidupan kita.
_Tak ada keinginan yang terlalu kecil di hadapan Sang Pencipta Kehidupan. Tak ada hidup yang tak penting di hadapan-Nya._
_Hanya kadang ada saat di mana kita mesti menanti. Bukan karena IA tak mau memberi, tetapi kita yang perlu menata hati untuk menyambut pemberian-Nya._
*Bukankah segala sesuatu akan menjadi indah pada waktu-Nya?*
ππ»Amin ππ»
No comments:
Post a Comment
Do U have another idea ?
LET'S SHARE 2 US.