*Berpikir Positif, Bersikap Rendah Hati, Melangkah Dalam Iman*
ORANG Yahudi sulit menerima pesan pertobatan yang dibawa oleh Yohanes Pembaptis karena cara hidupnya yang bermati raga.
Namun mereka pun menolak kabar sukacita yang diwartakan Yesus, karena Ia makan dan minum dengan orang berdosa.
Mereka menutup telinga dan hati, keras kepala dan merasa diri paling benar sehingga mereka gagal melihat jalan keselamatan yang ditawarkan Tuhan.
Lewat SabdaNya pada hari ini, kita disadarkan bahwa:
* Kita bukan manusia sempurna, oleh sebab itu terimalah sesama dengan kelebihan dan kekurangannya. Jangan mudah berburuk prasangka terhadap orang yang penampilan lahiriahnya 'kurang sesuai' di mata kita. Sadari bahwa kita dipanggil untuk saling melengkapi, saling mendukung untuk bersama-sama melangkah menuju keselamatan.
* Dalam menghadapi permasalahan, hendaknya belajar untuk bersikap optimis dan berpikir positif. Pasti ada hal yang baik, yang dapat kita petik dan pelajari dari suatu kegagalan atau peristiwa yang pahit dan menyakitkan.
Mari ubah cara pandang dan berpikir kita, jangan membatasi karya Tuhan. Karena Ia dapat bekerja lewat siapa saja, lewat peristiwa apa pun.
Tumbuhkan semangat kerendahan hati, senantiasa berpikir positif dan melangkah dalam iman.
#
PEMIKIRAN negatif membuat kita tidak dapat menikmati hidup.
*John C. Maxwell*
#
Bacaan Liturgi 20 September 2017
Rabu Pekan Biasa XXIV
Bacaan Pertama
1Tim 3:14-16
Sungguh agunglah rahasia iman kita.
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:
Saudara terkasih, semuanya ini kutulis kepadamu,
walaupun aku berharap segera dapat mengunjungi engkau.
Maka, jika aku terlambat, engkau sudah tahu
bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah,
artinya jemaat Allah yang hidup,
tiang penopang dan dasar kebenaran.
Sungguh agunglah rahasia iman kita:
Kristus, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh.
Ia menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat,
dan diberitakan di antara para bangsa yang tidak mengenal Allah.
Ia diimani di dunia dan diangkat dalam kemuliaan.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur
Mzm 111:1-6
R:2a
Agunglah karya Tuhan.
*Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati,
dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.
Besar perbuatan-perbuatan Tuhan,
layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
*Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya,
keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya.
Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan;
Tuhan itu pengasih dan penyayang.
*Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki,
selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya.
Kekuatan perbuatan-Nya Ia tujukan kepada umat-Nya,
dengan memberikan kepada mereka milik pusaka para bangsa.
Bait Pengantar Injil
Yoh 6:64b.69b
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.
Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Bacaan Injil
Luk 7:31-35
Hikmat Allah dibenarkan oleh orang yang menerimanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak,
"Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini?
Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru,
'Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.'
Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang,
dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur,
kalian berkata, 'Ia kerasukan setan.'
Kemudian Anak Manusia datang,
Ia makan dan minum, dan kalian berkata,
'Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.'
Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."
Demikianlah Injil Tuhan.
#
Mutiara Iman
KELUARGA ALLAH
20 September 2017
" .. yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 Tim 3:16)
Lectio
1 Tim 3:14-16; Mzm 111:1-2,3-4,5-6; Luk 7:31-35
Siang itu Susi sedang menunggu adiknya yang tengah pergi bersama teman-temannya hingga larut malam. Ketika pulang ke rumah dalam keadaan mabok, Susi membawa lap hangat dan mengkompresnya. Lalu dia pun berdoa di depan adiknya :
"Ya Tuhan kasihanilah adikku, supaya dia bisa seperti dulu sewaktu orangtua kami masih hidup. Mampukan aku setia memberikan KASIH dan KEBENARANMU kepadanya. Amin."
Lalu adiknya terbangun dan sambil meneteskan air mata dia berkata :
"Mba mengapa saya selalu kesepian ketika sedang mabuk bersama teman, tetapi merasakan KEHANGATAN ketika berada di rumah?
Namun mengapa saya tetap mencari yang membuat sepi tersebut?"
Lalu Susi menjawab :
"Kita di sini sebagai satu KELUARGA Allah, harus selalu memberikan KASIH dan KEBENARAN, supaya kita semua HIDUP."
Paulus berkata dalam suratnya :
"hidup sebagai KELUARGA Allah, yakni JEMAAT dari Allah yang HIDUP, TIANG PENOPANG dan DASAR KEBENARAN"
Kita semua HIDUP sebagai KELUARGA ALLAH.
Oratio
Ya Bapa, datanglah KERAJAAN-Mu. Amin
Missio
Marilah kita hidup sebagai suatu KELUARGA dalam KEBENARAN.
Have a Blessed Wednesday.
#
*Rabu, 20 September 2017*
*Pekan Biasa XXIV*
¤ 1Tim 3:14-16;
¤ Mzm 111:1-2,3-4,5-6;
¤ Luk 7:31-35
*"Superbia"*
~ Kesombongan ~
Banyak orang yang begitu terbius dengan pembenaran diri sendiri, begitu keras hatinya sehingga menutup mata dan telinga hati terhadap rahmat Allah.
Inilah kesombongan kaum Farisi dan para ahli Taurat; dan bisa menjadi kesombongan kita juga.
Mengacu pada bacaan Injil hari ini, menyadarkan kita bahwa dalam hidup pelayanan itu memang tidak mudah.
Ada saat di mana pelayanan kita diapresiasi, tetapi ada saat di mana kita mengalami penolakan.
Suka duka dalam pelayanan ini akan menjadi indah pada waktunya ketika kita tetap setia bersandar pada Tuhan.
Adapun sikap dasar yang dibutuhkan agar kita tetap setia bersandar pada Tuhan, antara lain:
1. *Peka*
2. *Mendengarkan*
3. *Percaya*
1. *Peka*
Kalau kita _peka_ terhadap sentuhan dan sapaan Allah, maka Dia akan menunjukkan kepada kita bagaimana berbagi Kabar Baik dengan sesama.
Karena Allah sangat berhasrat untuk menyentuh orang-orang di sekeliling kita dengan harapan Kabar Baik Yesus Kristus juga dikenal oleh banyak orang.
Disinilah kita diajak untuk menyadari akan makna panggilan kita masing-masing dalam upaya mempersembahkan diri bagi sesama.
2. *Mendengarkan*
Siapa saja yang mendengarkan sabda Allah dengan baik akan mencapai hasil yang melampaui kemampuannya sendiri.
Ingatlah _"hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerima-Nya"_(Luk 7:35).
Para ahli Taurat dan kaum Farisi telah menutup hati dan telinga mereka terhadap pesan Yohanes Pembaptis dan Yesus, karena _irihati dan kebutaan rohani_.
Disinilah kita diajak untuk rendah hati mau mendengarkan Sabda Tuhan dengan iman, pengharapan dan kepatuhan.
3. *Percaya*
Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada _mereka yg percaya,_ karena kesetiaan-Nya tidak tergantung pada kebenaran kita melainkan pada cinta kasih-Nya yang tanpa syarat.
Allah akan memperhatikan agar rahmat yang dicurahkan-Nya berbuah dalam diri kita.
Disinilah kita diajak untuk tetap percaya dan setia dalam melayani.
Saudaraku, hendaknya kita selalu sediakan waktu untuk _mendengarkan Sabda Tuhan_ dengan iman, pengharapan dan kepatuhan serta percaya.
Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus senantiasa menyertai kita sekeluarga. Amin.
#
"CARA HIDUP BERIMAN YANG BENAR"
Bacaan Liturgi 20 September 2017
Rabu Pekan Biasa XXIV
Bacaan Pertama 1Tim 3:14-16 Mazmur 111:1-6
Bacaan Injil Luk 7:31-35.
Injil Lukas 7:35b, menulis.
Yesus berkata: "Hikmat Allah dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."
Pola hidup orang-orang Farisi dan ahli Taurat menjadi soal besar dimata Yesus. Kaum elite Yahudi ini sangat taat pada aturan agama, tetapi sebetulnya hidup tanpa jiwa. Bagi Yohanes, jiwa seorang beriman ialah upaya serius untuk meluruskan diri dari dosa. Cara hidup radikal di padang gurun, penuh puasa dan pantang, menjadi contohnya.
Bagi Yesus jiwa seorang beriman ialah kesadaran akan Allah yang mengasihi. Yesus hidup ditengah masyarakat yang terluka dan menyembuhkan hati mereka. Maka, baik cara hidup Yohanes maupun cara hidup Yesus, sama-sama menggambarkan nilai iman yang benar dalam situasinya.
Namun hal ini tidaklah menjadi perhatian kaum Farisi dan ahli Taurat, mereka sudah mempunyai standart pemikiran sendiri dan terus tanpa jiwa. Maka mereka itu seumpama anak kecil yang berada di pasar, keras seru-seru tetapi tidak memahami secara tepat apa makna seruannya sendiri.
Iman tanpa semangat yang jelas semacam ini tidak lebih dari topeng untuk menutupi kejahatan. Oleh karena itu kita perlu hadir dan berjuang bersama-sama. Model hidup Yesus menjadi contoh, yakni melayani dengan penuh cinta.
Tuhan mampukan aku menghayati imanku yang benar dan berikan aku daya RohMu untuk berjuang melayani dengan penuh cinta. Amin.
Met Hari Rabu.
#
SabdaNya Rabu 20 - 09 - 17
1 Tim 3 : 14-16
Luk 7 : 31-35
Shalom,
Paulus dg cukup detail telah menuliskan hal2 apa yg perlu diperhatikan dari seseorang yg diharapkan untuk menjadi gembala didalam kelompok umat (1 Tim3: 1-7). Pada intinya, Paulus mengingatkan bahwa seorang gembala umat bukan dipilih karena penampilan phisik dan kepandaian ber kata2nya saja tetapi bagaimana dia dapat menghadirkan Kristus ditengah kelompoknya. Untuk itu perlu diperhatikan apa yg selama ini telah dilakukannya didalam keluarga,didalam pekerjaannya/ profesinya dan didalam kemasyarakatan.
Seorang gembala umat harus dapat menjadi penggerak, penyemangat dan teladan bagi kelompoknya untuk semakin mengenal ajaran2 Kristus dan mempraktekkan ajaran2 itu didalam kehidupan se hari2. Dg demikian diharapkan semua umat dapat semakin memahami bagaimana hidup sebagai keluarga Allah, jemaat dari Allah yg hidup, tiang penopang (bagi orang2 disekelilingnya) dan dasar kebenaran
yg sejati (1 Tim 3:15).
Sebagai pengikut Kristus,kita pantas sangat bersyukur karena Allah yg kita sembah, Dia yg Maha Kudus, telah rela menjadi manusia seperti kita sehingga dapat mengajarkan dan memberi teladan kepada kita didalam bahasa manusia dan didalam segala keterbatasan manusia, suatu kepastian tentang apa yg sebenarnya harus kita lakukan untuk memperoleh kebahagiaan dan kedamaian hidup didunia saat ini dan supaya pada saat kita mati, kita boleh dilayakkan masuk kedalam kemuliaan Bapa di Surga (1 Tim3 : 16)
Kristus menyamakan orang2 Yahudi pada saat itu seperti anak2 yg duduk2 dipasar. Mereka kemudian menilai orang2 yg dilihatnya berdasarkan penampilannya dan menurut selera mereka sendiri.
Mereka tidak mau membuka hati dan pikiran untuk menangkap kebenaran2 Firman Allah yg disampaikan Yohanes Pembaptis dan Kristus.
Ketika melihat cara berpakaian Yohanes dan bahwa dia sama sekali tidak makan roti dan minum anggur, mereka menyimpulkan dia kerasukan setan. Sebaliknya ketika melihat Kristus dan murid2Nya tidak berpuasa pada hari2 dimana mereka biasa berpuasa, mereka mengatakan Kristus adalah seorang yg rakus. Mereka mencela dan menganggapnya tidak lebih baik dari para pendosa ketika melihat Kristus bergaul dg para pemungut cukai. Tetapi ketika kemudian para pemungut cukai itu bertobat, mereka mengabaikannya begitu saja.
Apa yg dilakukan orang2 Yahudi saat itu, sejujurnya masih sering kita lakukan juga saat ini. Kita sering terpancing menilai orang lain dari penampilan phisiknya atau dari berita2 yg kita pernah dengar, meskipun tidak semua jelas sumber berita dan kebenarannya. Dg demikian penilaian kita tidak lagi berdasarkan apa yg dia perbuat dan katakan secara obyektif, tetapi lebih kepada apakah dia memenuhi selera pikiran /opini kita sendiri.
Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai murid2 Kristus kita harus berusaha semakin menjadi seperti Kristus didalam segala perkara. Kita harus belajar untuk melihat semua orang seperti Kristus melihat kita, yg selalu dg tatapan penuh kasih, sekalipun Dia tahu segala kelemahan dan dosa yg ber ulang2 kita lakukan.
Untuk itu marilah kita terus bergiat untuk bertekun didalam FirmanNya, untuk merenungkan dan berusaha sungguh2 menjadi pelakunya, sehingga iman kita dapat terus bertumbuh dan tidak lagi berperi laku seperti anak2 yg sedang iseng duduk2 dipasar sambil menilai semua orang menurut selera mereka sendiri.
Gbu all n hv a blessed Wednesday.
#
Wednesday, 20th SEPTEMBER
Sts Andrew Kim, Paul Chong and companions
Luke 7:31-35
"To what then shall I compare the men of this generation, and what are they like? They are like children sitting in the market place and calling to one another, 'We piped to you, and you did not dance; we wailed, and you did not weep.' For John the Baptist has come eating no bread and drinking no wine; and you say, 'He has a demon.' The Son of man has come eating and drinking; and you say, 'Behold, a glutton and a drunkard, a friend of tax collectors and sinners!' Yet wisdom is justified by all her children."
That was a children's game in the time of Jesus. Some children would play music and others had to react appropriately. They had to adapt their dancing to the rhythm of the music that was played. This was Jesus' complaint against people who didn't react to His preaching. They didn't react to the teachings of St John the Baptist either. No one was good enough for such people. John the Baptist? 'Ah, well', they may have thought, 'too bizarre, dressed in camel skins and eating locusts and wild honey'. Jesus? 'Too rustic, just a carpenter, you know'…
They had a mental picture of the 'perfect prophet' they would follow, and no one could match that imaginary picture. Some live in that imaginary world where things and people never meet their expectations, and that serves them as an excuse not to listen to them. They don't want to complicate their lives by following Jesus. God sends everyone the help that they need, which maybe is not the help that they expect.
Some don't pray because they don't feel anything special when they pray. They have a mental picture of what prayer should feel like but they don't feel it! So they quit. And they even blame God for it because He doesn't 'give' them prayer. The truth is that in our prayer God is the Master, and He plays the music He wants us to dance to. We need to ask God to teach us to pray as He wants us to pray and not as we would love to pray. I've no excuse for not reacting to God's promptings; no excuse for saying: 'I can't pray in these conditions'. Because I don't pray for my sake and my feelings, but for God's sake.
Mary, my Mother, Master of Prayer, teach me to pray.
#
Commentary of the day :
Saint Basil (c.330-379), monk and Bishop of Caesarea in Cappadocia, Doctor of the Church
Prologue to the Great Rules
God is calling us unwearyingly to repentance
My brethren, don't let us remain in carelessness and ease or lightly put off for tomorrow, or even later, a start to our work. "Now is the favorable time," the apostle Paul says, "this is the day of salvation" (2Cor 6:2).
The present moment is the time for repentance, later on will be that of reward; now is the time of perseverance, our day of comforting is yet to come. Now God is helping those who turn away from evil, later he will judge our deeds and words and thoughts.
Today we are profiting from his patience; at the resurrection, when each of us receives according to our deeds, we shall know the justice of his judgments.
Oh, how much longer will we hold back from obeying Christ, who calls us into his heavenly Kingdom? Are we not going to purify ourselves? Won't we firmly decide to forsake our customary way of life so as to follow the Gospel.
#
No comments:
Post a Comment
Do U have another idea ?
LET'S SHARE 2 US.