Saturday, June 24, 2017

Ternyata Malaikat Itu Masih Ada di Dunia.

TIDAK ada yang lebih mulia, tidak ada yang lebih terhormat daripada kesetiaan.

Kesetiaan dan kebenaran adalah keunggulan dan berkat yang paling sakral dari akal budi manusia.

*Marcus Tullius Cicero*


#


"Ternyata Malaikat Itu Masih Ada di Dunia"
(Baca sampai habis).
(RD Josep Susanto)

Rohmat, begitu nama yang tertera di papan nama di atas dashboard Taxi Blue Bird.

Ku awali percakapanku dengan Rohmat dengan sebuah pertanyaan:

_"Lebaran pulang kampung, Pak?"_

Dari pertanyaan itulah mengalir kisah kehidupan Pak Rohmat yang ternyata sangat sulit untuk diterima oleh nalar manusia.

Pak Rohmat bercerita bahwa sebenarnya ia ingin pulang ke kampungnya di Serang, Banten.

Maka dari itu dia memaksakan diri untuk tetap narik taxi meski sudah H-2 Lebaran.

Tetapi apa daya, dari tadi pagi ternyata sepi penumpang. Dia pun sudah kewalahan oleh rengekkan anak-anaknya yang memaksanya: _"Pak, jadi gak kita pulang kampung?"_

Dari situ saya pun brertanya tentang anak anak Pak Rohmat. Anaknya ada 4, semuanya masih kecil-kecil. Mereka semua bersekolah di swasta kecuali yang besar bersekolah di sekolah negeri.

Anak-anaknya sudah kangen ibu mereka...

Saya pun bertanya: _"Loh, ibu anak-anak-anak di kampung?"_

Pak Rohmat pun terbata menjawab. _Ibu nya anak-anak baru saja meninggal, di meja operasi karena kangker payudara stadium 4._

Mendengar kata "kangker", seorang Romo Josep pun langsung menjadi menjadi lemas.

Saya pun mengorek lagi lebih dalam.

Ternyata istri Pak Rohmat terdeteksi kangker ketika ia hamil anak keempatnya.

Waktu itu istri Pak Rohmat bingung, malah sempat berniat menggugurkan kandungan, karena tidak mau anak ini menjadi beban suaminya.

Tetapi Pak Rohmat bersikeras menentang rencana istrinya itu.

Dia bilang: *SEBERAT APAPUN AKU MERAWAT ANAK-ANAKKU NANTI, AKU AKAN BERJUANG, KARENA ANAK ITU TITIPAN TUHAN.*

Tetapi, kenyataan memang tidak semudah kata-kata mulia ketika diucapkan.

Bisa dibayangkan hidup keluarga Pak Rohmat.

Supir taxi full time, anak-anak masih kecil yang masih butuh banyak biaya, plus seorang bayi yang ditinggal mati ibunya sejak lahir.

Saya tanya: _"terus bayinya sama siapa Pak?"_
 
Pak Rohmat menjawab: _"dirawat oleh kakak-kakaknya yang masih SD."_

Saya tanya lagi: _"Memangnya gak ada keluarga lain, Pak?_

Pak Rohmat hanya menggeleng lesu. Kematian istrinya membuat ia dicaci maki dan dipersalahkan keluarga istrinya.

Pernah ia menitipkan anak-anaknya di kampung kepada saudara-saudaranya.

Tetapi anak-anaknya malah disiksa oleh om dan tante mereka.

Parahnya, ayah ibu Pak Rohmat terlalu kaget menerima kenyataan bahwa menantunya meninggal.

Sehingga berturut-turut hanya dalam hitungan minggu, satu per satu, ayah, lalu ibunya juga meninggal.

Rumah mereka di kampung pun terjual untuk biaya operasi dan berobat istrinya.

Pak Rohmat sambil mata berkaca-kaca mengakhiri ceritanya:

*"SEKARANG SAYA SUDAH TIDAK PUNYA SIAPA-SIAPA LAGI, HARTAPUN SUDAH TIDAK ADA LAGI."*

Sayangnya, RS Carolus, tempat tujuan saya sudah di depan mata, tandanya saya harus segera turun.

Puji Tuhan satu jam sebelumnya, saya bertemu seorang umat dari Manila, Ibu itu memberi aku amplop yang cukup tebal yang belum aku buka.

Tanpa kubuka lagi amplop itu, aku serahkan kepada Pak Rohmat.

"Pak, amplop ini berisi uang, saya sendiri tidak tahu jumlahnya berapa, Bapak bisa pakai ini untuk bawa anak-anak pulang kampung, untuk melihat pusara ibu mereka."

Pak Rohmat pun menjadi histeris begitu membuka isi amplop. Dia memangis dan mengucapkan terima kasih tanpa henti.

Dia bilang:
_"Saya pikir ini cuma ada di tivi-tivi, saya tidak pernah menyangka saya boleh merasakan kemurahan Tuhan di saat hidup saya terpuruk. Ternyata malaikat sungguh ada di dunia."_

Sambil membuka pintu taxi, saya pun berpesan kepada Pak Rohmat:

_"Bapak yang kuat ya, jangan menyerah untuk anak-anak. Tuhan itu Maha Baik, pasti Tuhan akan menolong Bapak, asal Bapak percaya."_

1 jam kemudian, aku harus berhadapan dengan hasil *LAB PATOLOGI ANATOMIK* dari benjolan di punggungku yang dioperasi minggu lalu...

Dengan tangan bergetar, kubuka pelan-pelan amplop putih itu, ditemani Sr Sylvi CB di sampingku.

Mataku tertuju pada hasil uji lab...
Puji Tuhan, di situ tertulis:

*TIDAK DITEMUKAN TANDA GANAS.*

Terima kasih Tuhan, aku sehat.
Terima kasih Tuhan, Amin.

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.