Tuesday, September 8, 2015

Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Tukang rujak.

Hari ini Gereja sedunia merayakan "Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria."

 Pesta ini sesungguhnya menunjukkan betapa Gereja mengasihi dan menghormati Maria sebagai wanita yang punya peranan besar di dalam karya keselamatan Allah. 


Sehubungan dengan pesta ini mungkin terlintas dalam benak kita pertanyaan berikut: "Landasan pemikiran apa yang melatarbelakangi pesta ini?" 


Kita tidak bisa langsung menjawab pertanyaan ini dengan membeberkan peristiwa kelahiran Maria secara lengkap dan obyektif berdasarkan informasi dari dokumen-dokumen terpercaya Gereja seperti Alkitab. 


Yang mungkin bagi kita ialah melihat peranan dan kedudukan Maria di dalam rencana dan karya keselamatan Allah di dalam sejarah. 

Tentang hal itu Gereja mengajarkan bahwa Allah - setelah kejatuhan manusia - menjanjikan seorang Penebus bagi umat manusia. Penebus itu adalah AnakNya sendiri. 


Untuk maksud luhur itu Allah membutuhkan kerjasama manusia, Allah membutuhkan seorang perempuan untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya. 


Kebenaran iman ini dikatakan Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia: " . . . setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan . . . " (Gal 4:4). Siapa Perempuan itu? 


Perempuan itu ialah Maria, seorang puteri keturunan Abraham. 

Dari sini Gereja mengajarkan bahwa Maria telah ditentukan Allah sedari kekal untuk mengandung dan melahirkan AnakNya. Untuk itu ia suci sejak lahirnya dan diperkandungkan tanpa noda dosa asal. 


Dalam konteks pengakuan iman inilah, Gereja merasa perlu menentukan suatu hari khusus (yaitu: 8 September) untuk merayakan peristiwa kelahiran Maria. 

Dasar pertimbangan di sini - barangkali sangat sederhana - ialah bahwa sebagai manusia, Maria tentu pernah lahir pada waktu dan di tempat tertentu, dari orangtua dan suku tertentu. 


Injil-injil sendiri tidak mengatakan secara jelas bahwa Maria juga adalah keturunan Daud, sebagaimana Yusuf suaminya. Yang penting di sini bukanlah ketepatan hari kelahiran itu tetapi ungkapan iman Gereja akan Maria sebagai perempuan yang ditentukan Allah untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya. 


Seturut sejarah, mulanya pesta ini dirayakan di lingkungan Gereja Timur berdasarkan ilham dari tulisan-tulisan Apokrif pada abad ke-6, pada akhir abad ke-7, barulah pesta ini diterima dan dirayakan di dalam Gereja Barat Roma.


***


Tukang rujak.



Kemarin hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras Ruko (rumahku) .


Masih penuh gerobaknya, buah-buah tertata rapi. Kulihat beliau membuka buku kecil, rupanya Alkitab kecil. Beliau tekun dengan Alkitabnya. Sampai jam 10 hujan belum berhenti.

Saya mulai risau karena sepi tak ada pembeli datang.

Saya keluar memberikan air minum.
"Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… " .. "Mana masih banyak banget."

Beliau tersenyum, "Iya Bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. ." jawabnya.

"Aamiin," kataku.

"Kalau gak abis gimana, Pak?". tanyaku.

"Kalau gak abis ya risiko, Bu.., kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga, mereka juga seneng daripada kebuang. kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet bentuk rejeki yg lain," katanya tersenyum.

"Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?" tanyaku lagi.

"Puji Tuhan Bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa. Kan kalau hujan banyak waktu kami buat berdoa Bu…" Katanya sambil tersenyum.

"Dikasih kesempatan berdoa juga rejeki, Bu…"

"kalau gak dapet uang gimana, Pak?" tanyaku lagi.

"Berarti rejeki saya bersabar, Bu... Tuhan yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Tuhan Yesus.. Apa aja bentuk rejeki yang Tuhan kasih ya saya syukuri aja. Tapi Puji Tuhan, saya jualan rujak belum pernah kelaparan.

"Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha," katanya lagi sambil memasukan Alkitabnya ke kotak di gerobak.

"Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan.

Makasih yaa,Bu"

Saya terpana. Betapa malunya saya, dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata.

Saya jadi sadar bahwa dapat membaca dan merenungkan Firman Tuhan, dapat beribadah, dapat bersyukur dan bersabar adalah jauh..jauh lebih berharga daripada uang, harta dan jabatan.

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.