Ada seorang pemuda yang buta sedang bermain piano, seorang pelajar mendekatinya dan bertanya kepadanya,
"Berapa usia anda?"
Si buta menjawab, "Saya berumur 15 tahun."
"Sejak kapan engkau menjadi buta?"
"Sejak usia 3 tahun."
"Kalau begitu engkau sudah buta selama 12 tahun,
setiap hari dalam kegelapan, tidak dapat melihat bulan, matahari, gunung-gunung, tidak tahu kehidupan dalam masyarakat, tidak tahu penampilan keindahan dan keburukan wajah manusia, tidak melihat keindahan pemandangan alam, apakah tidak terlalu menyedihkan?".
Pemuda buta ini dengan tersenyum menjawab,
"Engkau hanya tahu orang buta itu buta, tetapi tidak tahu bahwa orang normal itu banyak yang buta, walaupun mata saya tidak bisa melihat, tetapi keadaan tubuh saya normal saya dapat bergerak bebas, mendengar suara saja saya sudah tahu siapa itu, mendengar percakapan orang saya dapat mengetahui apakah dia orang baik atau orang jahat, saya dapat memperkirakan kondisi jalan untuk mengatur laju kecepatan, tanpa takut terjatuh,..
Seluruh pikiran dan jiwa saya dengan konsentrasi melakukan pekerjaan saya, dengan gigih meningkat maju, tanpa membuang-buang energi mengurus urusan yang konyol, lama kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan, sehingga saya tidak sedih lagi karena mata saya buta.
Tetapi sekarang di masyarakat banyak yang matanya walaupun dapat melihat, tetapi dibutakan oleh hasrat, terlalu banyak melihat hal-hal yang buruk, sehingga tidak bisa membedakan kebijaksanaan dan kebodohan, tidak bisa membedakan orang baik dan orang jahat, tidak mengetahui penyebab kekacauan maupun ketenangan, buku dan puisi yang terletak didepan mata tetapi pikiran melayang kemana-mana, sehingga tidak memahami esensinya.
Ada juga orang yang memutar balikkan fakta, berbuat jahat, tidak bisa bertobat sehingga akhirnya terperangkap didalamnya, apakah orang-orang tersebut tidak mempunyai mata? Apakah orang yang dengan mata terbuka sengaja berbuat kesalahan apakah mereka bukan orang buta? Mereka sebenarnya dibandingkan dengan orang yang seperti saya yang secara fisiologis buta lebih tercela dan lebih menyedihkan!"
Pelajar ini tidak bisa lagi mengucapkan sepatah katapun.
Cerita ini mengungkapkan filfasat hidup,
kebutaan fisik ini tentu menyedihkan,
tetapi buta secara psikologis lebih menyedihkan lagi.
Kebutaan adalah kelemahan utama,
tetapi dalam kebutaan ini jika kita dapat berkonsentrasi mempelajari sebuah keahlian yang akhirnya dapat mencapai hasil yang baik dan memahami wawasan dalam prinsip-prinsip kehidupan.
Tetapi walaupun mata ini melek tetapi selalu melakukan pelanggaran,
melakukan perbuatan menyimpang maka orang tersebut adalah
"orang yang buta mata hatinya".
[Selvia Chang, Gorontalo]
"Berapa usia anda?"
Si buta menjawab, "Saya berumur 15 tahun."
"Sejak kapan engkau menjadi buta?"
"Sejak usia 3 tahun."
"Kalau begitu engkau sudah buta selama 12 tahun,
setiap hari dalam kegelapan, tidak dapat melihat bulan, matahari, gunung-gunung, tidak tahu kehidupan dalam masyarakat, tidak tahu penampilan keindahan dan keburukan wajah manusia, tidak melihat keindahan pemandangan alam, apakah tidak terlalu menyedihkan?".
Pemuda buta ini dengan tersenyum menjawab,
"Engkau hanya tahu orang buta itu buta, tetapi tidak tahu bahwa orang normal itu banyak yang buta, walaupun mata saya tidak bisa melihat, tetapi keadaan tubuh saya normal saya dapat bergerak bebas, mendengar suara saja saya sudah tahu siapa itu, mendengar percakapan orang saya dapat mengetahui apakah dia orang baik atau orang jahat, saya dapat memperkirakan kondisi jalan untuk mengatur laju kecepatan, tanpa takut terjatuh,..
Seluruh pikiran dan jiwa saya dengan konsentrasi melakukan pekerjaan saya, dengan gigih meningkat maju, tanpa membuang-buang energi mengurus urusan yang konyol, lama kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan, sehingga saya tidak sedih lagi karena mata saya buta.
Tetapi sekarang di masyarakat banyak yang matanya walaupun dapat melihat, tetapi dibutakan oleh hasrat, terlalu banyak melihat hal-hal yang buruk, sehingga tidak bisa membedakan kebijaksanaan dan kebodohan, tidak bisa membedakan orang baik dan orang jahat, tidak mengetahui penyebab kekacauan maupun ketenangan, buku dan puisi yang terletak didepan mata tetapi pikiran melayang kemana-mana, sehingga tidak memahami esensinya.
Ada juga orang yang memutar balikkan fakta, berbuat jahat, tidak bisa bertobat sehingga akhirnya terperangkap didalamnya, apakah orang-orang tersebut tidak mempunyai mata? Apakah orang yang dengan mata terbuka sengaja berbuat kesalahan apakah mereka bukan orang buta? Mereka sebenarnya dibandingkan dengan orang yang seperti saya yang secara fisiologis buta lebih tercela dan lebih menyedihkan!"
Pelajar ini tidak bisa lagi mengucapkan sepatah katapun.
Cerita ini mengungkapkan filfasat hidup,
kebutaan fisik ini tentu menyedihkan,
tetapi buta secara psikologis lebih menyedihkan lagi.
Kebutaan adalah kelemahan utama,
tetapi dalam kebutaan ini jika kita dapat berkonsentrasi mempelajari sebuah keahlian yang akhirnya dapat mencapai hasil yang baik dan memahami wawasan dalam prinsip-prinsip kehidupan.
Tetapi walaupun mata ini melek tetapi selalu melakukan pelanggaran,
melakukan perbuatan menyimpang maka orang tersebut adalah
"orang yang buta mata hatinya".
[Selvia Chang, Gorontalo]
==================================
Rabu, 14 September 2011
Hari Biasa Pekan XXIV
Pesta Salib Suci
Bil.21:4-9 / (Flp.2:6-11) + Mzm.78:1-2,34-38 + Yoh.3:13-17
-----------------------------------------------------------
Song : http://www.youtube.com/watch?v=jLaucUnP5Cg&NR=1
http://www.youtube.com/watch?v=5tJS5TRIMR0
----------------------------------------------------------
Yoh.3:1-21 = Percakapan dengan Nikodemus ( Kasih Allah )
(Mat 21:12-13; Mrk 11:15-17; Luk 19:45-46)
(13)(Mat 21:12-13; Mrk 11:15-17; Luk 19:45-46)
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga,
selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga,
yaitu Anak Manusia.
(14)
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun,
demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
(15)
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
(16)
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.
(17)
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
===============================
No comments:
Post a Comment
Do U have another idea ?
LET'S SHARE 2 US.