RENUNGAN PAGI. Kamis, 24 Mei 2012

Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu
(Matius 18:35)


Ayat di atas adalah teguran Yesus, mengakhiri perumpamaan pengampunan
Raja di dalam cerita itu melambangkan Allah dan hamba yang berhutang melambangkan manusia yang berdosa

Ketika Allah mau menagih perbuatan dosa yang dilakukan manusia, maka manusia tidak mampu melunasi hutang dosa, Allah berhak menghukum, namun karena belas kasihan, Ia mengampuni manusia dan menghapus semua dosa-dosanya

Tetapi manusia tidak tahu berterima kasih, ketika ada orang yang berbuat salah kepadanya, ia malah menghakimi orang yang berhutang kepadanya tanpa mengenal belas kasihan

Mengampuni memang bukan perkara mudah, bahkan cenderung sulit
Ada yang mau mengampuni tetapi tidak mampu atau sebaliknya ada yang mampu tetapi tidak mau mengampuni

Persoalannya bagaimana pengampunan yang sudah sulit itu, tidak semakin sulit, menurut Donald Shriver menganjurkan dua hal, mengatasi kenangan pahit masa lalu dan menumbuhkan perasaan empati terhadap orang yang menyakiti kita

Empati artinya tidak melupakan perbuatannya atau membenarkan kesalahannya, tetapi kita berusaha mengenalnya lebih baik dan lebih lengkap, mencoba melihat dari sudut pandangnya, berusaha berdiri di tempat dia berdiri, "put yourself in their shoes"

Yang banyak terjadi adalah, kesalahan orang lain kita eksploitasi habis-habisan, sementara kesalahan sendiri terlalu gampang kita maafkan

Memang yang mesti kita ampuni adalah orang salah, orang jahat dan orang brengsek, orang yang telah menyakiti dan merugikan kita

Sebab orang baik tidak perlu diampuni, bukan? Sebab itu, betapapun sulitnya, pengampunan hanya dapat dilakukan oleh "korban kejahatan" terhadap "pelaku kejahatan", bukan sebaliknya


Kewajiban kita adalah mengampuni dan kewajiban pelaku kejahatan adalah bertobat

Ampunilah kami, Bapa, seperti kami mengampuni!

Tuhan Yesus memberkati.
Live from BlackBerry® on AHA - I like it!