Pages

Saturday, April 7, 2012

Maria dan Ekaristi.

Syalom,
Sahabat (ORK) terkasih. Ada sebuah renungan dari Rm.Jost Kokoh, Pr tentang Bunda Maria dan Ekaristi.
Semoga kita dapat semakin mengenal Bunda kita terkasih, Bunda Maria yang selalu setia mendampingi Yesus selama hidup hingga wafatnya di kayu salib.
Ibu yang luar biasa teladan kita semua.
Selamat membaca dan merenungkan renungan berikut ini.
Terima kasih.
Tuhan Yesus memberkati. Bunda Maria melindungi.
Selalu bersemangat dan tersenyum.
Salam kasih dan doa :
Tim ORK

Sebuah Perbincangan Maria dan Ekaristi
Mengacu pada Ensiklik
Ecclesia de Eucharistia (selanjutnya saya singkat: EE), Maria banyak terkait-paut dengan Ekaristi. EE sendiri adalah ensiklik terakhir dari almarhum Bapa Suci Yohanes Paulus II.

Ensiklik ini disampaikan pada hari Kamis Putih, 17 April 2003. Secara singkat,
Bapa Suci mengajak kita semua untuk "merenungkan wajah Kristus bersama Maria" (EE 6) serta sebuah anjuran bahwa permenungan wajah Kristus sebaiknya melalui sekolah Maria (EE 7).
Bagi saya sendiri, Ekaristi (yang dalam bahasa aslinya berarti: mengucap syukur) memiliki arti yang sangat indah, Ekaristi bisa berarti,
"Elok Karena kRIStus ada di haTI."
Dan, mengacu pada EE ini, Ekaristi menjadi lebih elok juga jika kita merenung-menungkannya bersama Maria.
Secara singkat, saya tampilkan lima (5) pokok dalam EE ini, yang menampilkan juga wajah Maria sebagai Bunda Ekaristi, yakni:
1. Kekhasan ajaran Paus Yohanes Paulus II mengenai Ekaristi terutama terletak pada pembahasan hubungan antara Ekaristi dan Bunda Maria.
"Maria dapat membimbing kita ke dalam Sakramen Mahakudus ini, justru karena dia sendiri mempunyai hubungan yang mendalam dengan Ekaristi" (EE 53).
Secara lebih khusus lagi, Maria dapat disebut Wanita Ekaristi dalam seluruh hidupnya.
Maria sudah menjadi Wanita Ekaristi bahkan sebelum Ekaristi diinstitusikan pada Perjamuan Malam Terakhir, yakni saat "dia mempersembahkan rahim perawannya kepada penjelmaan Sabda Allah" (EE 55).
Dengan penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia yang dikandungnya, pada tingkat tertentu, Maria telah menyambut tubuh dan darah Kristus pula, mendahului apa yang disambut juga secara sakramental oleh umat beriman dalam Ekaristi. Ada kesejajaran antara
Fiat Bunda Maria dan
Amen umat beriman saat menyambut Tubuh Tuhan.
Maria juga telah menjadi "tabernakel" karena mengandung Tuhan dalam rahimnya. Tuhan Yesus yang telah ada di rahim Maria itu disembah oleh Elisabet, saat Maria mengunjunginya.

2. Dimensi kurban dari Ekaristi juga telah dialami oleh Maria. Bagaimana Maria pergi ke Yerusalem untuk mempersembahkan Yesus kepada Allah (Luk 2:22), bagaimana Maria harus mendengar kata-kata Simeon bahwa jantungnya akan ditusuk oleh suatu pedang karena Anaknya itu akan menjadi "tanda pertentangan".

Semua itu mengalir pada Peristiwa Salib, di mana Maria juga berdiri di bawah salib. Maria berpartisipasi dalam peristiwa sengsara dan kurban Salib Kristus.
Dan tentu saja sesudah kebangkitan Tuhan, Maria juga ikut ambil bagian dalam Ekaristi yang dirayakan oleh para Rasul sebagai peringatan atas wafat dan kebangkitan Kristus.
"Bagi Maria menyambut Ekaristi tentulah merupakan sekali lagi menyambut dalam rahim dan hati. Dia yang telah bersatu dengan dirinya serta menyegarkan apa yang telah dialaminya di kaki salib" (EE 56).
3. Hubungan Ekaristi dan Maria tentu ditempatkan dalam kerangka eklesiologi pula.
"Bila Gereja dan Ekaristi bersatu tak terpisahkan, hal yang sama pantas dikatakan juga mengenai Maria dan Ekaristi" (EE 57).
Dalam Ekaristi, Gereja bersatu dengan Kristus dan kurban-Nya, dan Gereja mengenakan semangat Maria. Semangat Maria itu tampak dalam kidung Magnifikat-nya yang berisi pujian dan syukur atas tindakan Allah yang menyelamatkan umat-Nya. Maria memuliakan Tuhan "lewat" Yesus, "dalam" dan "bersama" Yesus. Itulah sikap Ekaristi sejati (EE 58).
Bukankah itu pula yang menjadi isi perayaan Ekaristi Gereja? Bapa Suci juga mengaitkan relasi Ekaristi dan Maria itu dalam konteks eskatologis. Kidung Magnificat mengungkapkan tegangan eskatologis Ekaristi pula. Sebagaimana Kristus datang kembali kepada kita dalam "kemiskinan" tanda sakramental roti dan anggur, Maria memuji karya Tuhan yang "menurunkan orang yang berkuasa dari takhtanya" dan "mengangkat yang hina". Maria melambungkan langit dan bumi yang baru, yang mendapat antisipasinya dalam Ekaristi.
"Magnificat mengungkapkan spiritualitas Maria, dan inilah yang paling agung dari segala spiritualitas untuk membantu kita mengalami misteri Ekaristi" (EE 58).

4. Pada akhir ensiklik, Bapa Suci Yohanes Paulus II menyampaikan kesaksian iman pribadinya akan Ekaristi.
"Ave verum corpus natus de Maria Virgine, vere passum, immolatum, in cruce pro homine."
Salam tubuh sejati yang lahir dari Perawan Maria, sungguh bersengsara, dikurbankan di salib, untuk manusia. Inilah harta kekayaan Gereja, jantung dunia, damba kesempurnaan, yang dirindukan oleh setiap pria dan wanita, biar kadang tak sadar.
Misteri yang sungguh luhur dan maha agung, penyulap daya batin melampaui rupa lahir. Di sini segala indera mengaku tak mampu: visus, tactus, gustus in te fallitur (pandangan, rabaan, rasa takkan mampu), dalam kata-kata madah Adoro Te Devote (Takwa kusembah Engkau); hanya iman belaka, berakar pada sabda Kristus sendiri, yang disampaikan kepada kita oleh para rasul, itulah saja memadai untuk kita" (EE 59).
5. Akhirnya Paus Yohanes Paulus II mengajak kita belajar pada sekolah para kudus, penafsir agung kesalehan Ekaristi sejati. Di atas segalanya, kita harus belajar pada Sekolah Maria, "tempat misteri Ekaristi menampakkan diri, lebih pada diri siapa pun juga, sebagai misteri Terang. Kagum akan Maria, kita menjadi sadar bahwa daya pembaharuan terdapat dalam Ekaristi" (EE 62).

Salam Interupsi,
Rm. Jost Kokoh Prihatanto

No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.