Wednesday, July 20, 2016

Sikap Manusia Dalam Menanggapi Firman Allah.

*Sikap Manusia Dalam Menanggapi Firman Allah*

ALLAH  menganugerahkan firmanNya sebagai pedoman untuk mengarahkan dan membimbing langkah manusia untuk menuju keselamatan.

Setiap pribadi mempunyai sikap yang berbeda dalam menanggapi firmanNya:

* Ada yang tidak percaya sehingga memutuskan untuk mengabaikan bahkan menolak firmanNya

* Ada yang percaya namun saat penderitaan dan kesulitan menimpa hidup mereka, firman tersebut mati terhimpit oleh ketakutan dan kekhawatiran

* Ada juga yang percaya, tapi firman tidak bertumbuh karena mereka lebih mengutamakan kenikmatan duniawi

Agar firman dapat bertumbuh subur, kita harus mengembangkan sikap yang benar.

Mari buka hati dan mohon bimbingan Roh Kudus agar kita mampu menjadi pendengar dan pelaku firman sehingga menghasilkan buah yang baik bagi kemuliaan Tuhan dan juga bagi sesama.


*


Bacaan Liturgi .

20 Juli 2016.
Rabu Pekan Biasa XVI.

Bacaan Pertama
Yer  1:1.4-10
Aku menentukan dikau menjadi nabi untuk berbagai bangsa.


Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Inilah perkataan Yeremia, bin Hilkia,
dari keluarga imam yang tinggal di Anatot, di tanah Benyamin.

Pada zaman Raja Yosia turunlah sabda Tuhan kepadaku sebagai berikut,
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu,
Aku telah mengenal engkau.
Dan sebelum engkau dilahirkan, Aku telah menguduskan dikau.
Aku telah menentukan dikau menjadi nabi untuk berbagai bangsa."

Maka aku menjawab, "Ah, Tuhan Allah!
Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara,
sebab aku ini masih muda belia."

Tetapi Tuhan bersabda kepadaku,
"Janganlah berkata 'Aku ini masih muda belia,'
tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi.
Dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
Janganlah takut kepada mereka,
sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan dikau,"
demikianlah sabda Tuhan.

Lalu Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku.
Ia bersabda kepadaku,
"Sesungguhnya Aku menaruh sabda-Ku dalam mulutmu.
Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau
atas bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan
untuk mencabut dan merobohkan,
untuk membinasakan dan meruntuhkan,
untuk membangun dan menanam."

Demikianlah sabda Tuhan.

*


Mazmur
Mzm  71:1-4a.5-6ab.15ab.17
R:15
Mulutku akan menceritakan keselamatan
yang datang dari Dikau, ya Tuhan.  


*Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung,
jangan sekali-kali aku mendapat malu.
Lepaskan dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berteduh,
kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri;
sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku.
Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik.

*Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan,
Engkaulah kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan,
Engkaulah yang  telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.

*Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu
dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu.
Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku,
dan sampai sekarang
aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.


*

Bacaan Injil
Mat  13:1-9
Benih yang jatuh di tanah yang baik menghasilkan buah seratus ganda.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus keluar dari rumah dan duduk di tepi danau.
Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong
lalu mengerumuni Dia,
sehingga Yesus naik ke perahu dan duduk di situ,
sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka
dengan memakai perumpamaan-perumpamaan.

Ia berkata, "Ada seorang penabur keluar menaburkan benih.
Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan,
lalu burung-burung datang memakannya.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,
yang tidak banyak tanahnya,
lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
Tetapi sesudah matahari terbit,
layulah tumbuhan itu dan menjadi kering
karena tidak berakar.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri,
lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah,
ada yang seratus ganda,
ada yang enam puluh ganda,
ada yang tiga puluh ganda.

Barangsiapa bertelinga untuk mendengar,
hendaklah ia mendengarkan!"

Demikianlah Injil Tuhan.


*


PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"  (Mat 13:1-9)

RENUNGAN

Yesus menerangkan kepada murid-muridnya arti perumpamaan mengenai seorang penabur yang pernah disampaikannya kepada orang banyak (Mat 13:1-9).

Menurut ay. 18-23 perumpamaan ini dimaksud menjelaskan bahwa sabda Tuhan datang kepada siapa saja. Tetapi belum tentu pada semua orang sabda itu akan tumbuh dan membawa hasil berlimpah.

Benih sabda yang tertabur di pinggir jalan tak sempat tumbuh karena dimakan burung. Ada yang sempat tumbuh tapi tidak berakar seperti yang jatuh ke tanah berbatu-batu atau segera mati terhimpit semak duri.  Hanya yang jatuh ke tanah subur bisa bertumbuh dan berbuah berlipat ganda. Apa warta perumpamaan itu? Dan apa maksud penjelasan yang khusus ditujukan kepada para murid?

Dari kehidupan bercocok tanam
Cara bercocok tanam pada zaman itu tidak selalu sama dengan yang dikenal sekarang. Dulu biasanya biji disemai sebelum tanah digarap. Bukan sebaliknya. Jadi tanahnya memang belum dibajak atau dicangkul atau dialiri air. Baru kemudian tanah yang sudah ada bijinya itu akan digemburkan. Praktik ini berkebalikan dengan yang biasa dibayangkan orang sekarang. Apa relevansinya bagi tafsir?

Biji yang disebut jatuh di pinggir jalanan itu bukan karena penaburnya menyemai secara acak atau tanpa rencana. Rekannya atau dia sendiri nanti akan menggemburkan tanah di pinggir jalanan yang baru saja ditaburinya tadi. Tetapi apa lacur, seperti diceritakan dalam perumpamaan itu, sebelum tanah sempat digarap, benih yang ditabur di situ keburu dimakan burung.

Yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu? Yang dimaksud ialah tanah yang keras, berkapur dan gersang, seperti yang ada di wilayah Gunung Kidul. Penabur tidaklah kebetulan menabur di tanah berbatu-batu. Di situ sengaja ditaburkan benih. Lahan itu nanti akan dibajak, dicangkul, digemburkan sebisanya. Pendengar pada zaman dulu tentu tersenyum mendengar cerita ini.

Mereka tahu bahwa tanah berbatu-batu seperti itu akan tetap kurang baik bagi pertumbuhan biji tak peduli usaha perbaikan macam apapun. Juga bila diairi, dengan cepat akan kering karena airnya terserap ke kedalaman dan kecambah tidak akan mendapat air tanah. Mengapa si penabur tetap menyemai di situ? Karena termasuk ladangnya? Karena ia masih berharap ada yang luar biasa? Pendengar akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan ini dan akan belajar satu dua hal mengenai tekad sang penabur.

Begitu pula dengan biji yang jatuh di antara semak duri. Semak seperti itu bisa tumbuh di tanah kersang dan berbatu-batu sekalipun. Meski tanah yang akan digarap itu dibersihkan dari onak duri, sebentar lagi tentu akan tumbuh kembali. Dan benih yang disemai di tanah yang beronak itu tidak bakal tumbuh baik. Akan terhimpit. Kok dibiarkan saja? Kenapa penabur tetap menabur di situ? Sekali lagi pendengar diajak ikut memikirkan dan membaca kehidupan yang sering seperti hidup di tengah onak duri. Apa yang bisa terjadi?

Lalu apa itu tanah yang baik? Dari semula tentu tanah ini sudah baik. Benih yang ditabur di situ nanti akan tumbuh baik, tentunya setelah tanah digemburkan. Bagaimanapun juga perlu penggarapan agar benih bertumbuh baik dan berbuah melimpah. Tetapi apa bedanya dengan tanah di pinggir jalan? Biji yang jatuh ke tanah baik sebetulnya juga menghadapi risiko dimakan burung.

Tetapi tidak begitu kejadiannya. Mengapa? Mungkin karena biji ditaburkan pada waktu tak ada burung mengincar. Boleh jadi juga tanahnya segera digarap sehingga benihnya tertutup tanah dan mulai tumbuh dan burung-burung tak sempat memakannya. Siapakah yang menggarap tanah ini? Begitulah perumpamaan ini mengajak berpikir. (Rm Agustinus Gianto SJ)



No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.