Wednesday, September 5, 2012

Sikap "penuh pengertian dan simpati" yang sangat mendalam terhadap orang lain.

Selamat Pagi, Tuhan,
skiranya Tuhan punya wkt sdikit aku ingin bicara

GOD : Ooo..waktuKU adalah KEKEKALAN, tdk ada masalah ttg Waktu. Apa pertanyaanmu?

MEN : Tks.. Apa yg paling mengherankan bagiMU tentang kami manusia?

GOD : Hahaha.. kalian itu makhluk yg aneh.
*Ke 1 : suka mencemaskan masa Depan, sampai lupa hr ini.
*Ke 2 : kalian hidup seolah olah tidak bakal mati.
*Ke 3 : kalian cpt bosan sbg anak-anak terburu-buru ingin dewasa. Namun stlh dewasa rindu lagi jadi anak2 : suka bertengkar, ngambek, n ribut krn soal2 sepele.
*Lalu Ke 4 : kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, ttp membayarnya kembali utk mengembalikan kesehatan itu.
Hal2 begitulah yang membuat hidup kalian susah.

MEN : Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA?

GOD : sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan.
Inilah satu lagi keanehan kalian :
Suka Melupakan nasihatKU.
Baiklah Ku ulangi lagi ya beberapa yg terpenting
1. kalian hrs sadar bahwa ngejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yg seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucurin rejeki. jadi jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang ngejar kalian.
2. Ingat : "siapa" yang kalian miliki itu lbh berharga dari pada "apa"yang kalian punyai. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.
3. Jgn bodoh dgn cemburu dan membandingkan yg dimiliki org lain. Melainkan Bersyukurlah dgn apa yg sdh kalian terima. Khususnya, kenalilah talenta dan potensi yg kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia Unggul. Otomatis Rejeki yg akan mengejar kalian.
4. Ingat orang yg disebut Kaya bukanlah dia yg berhasil mengumpulkan yg paling banyak, tetapi adalah dia yg paling "sedikit" memerlukan, sehingga masih sanggup memberi kpd sesamanya.

---------------------

Adik saya adalah seorang. pelukis muda, dia tinggal di pulau Majorca di Spanyol.
Kejadian ini terjadi pada saat ibu saya akan pulang ke Jepang setelah dia pergi ke Spanyol menjenguk adik saya.

Pagi-pagi, ibu dan adik saya dengan nafas yang terengah-engah menurunkan dua kopor besar dari tingkat empat bangunan apartemen kuno yang memiliki sejarah 200 tahun itu. Mereka lalu meletakkan tas perjalanan itu di pinggir jalan yang boleh dikata hampir tidak ada orang yang lewat, dan sambil menunggu taksi mereka duduk di atas tas perjalanan itu.

Pulau Majorca bukan sebuah kota besar, tidak ada taksi yang sering berlalu lalang, tentunya juga tidak bisa memesannya melalui telepon, hanya bisa menunggu di pinggir jalan, dan tidak ada siapapun yang tahu kapan taksi itu bisa datang.

Karena adik saya sudah tinggal di pulau ini selama tiga tahun, maka dia sangat paham akan keadaan tersebut, sehingga dia nampak sangat tenang dan santai. Kehidupan di pulau ini berbeda sekali dengan kehidupan di Tokyo yang ritmenya cepat.

Kira-kira setelah lewat 20 menit, dari arah jalan yang berlawanan datang sebuah taksi, adik saya segera berdiri serta melambaikan tangan memanggil, tetapi begitu mengetahui di dalam taksi sedang duduk seorang penumpang dia menurunkan tangannya. Taksi itu pun melaju pergi melintas di depan mereka.
Namun setelah berjalan kira-kira 30 meter dari tempat mereka berada, taksi itu berhenti dan penumpang yang berada dalam taksi pun turun.

"Oh, betapa beruntungnya kami, penumpang taksi itu turun di sini."
Yang turun dari dalam taxi adalah seorang lelaki yang meskipun sudah berumur tapi masih nampak penuh dengan gairah hidup.
Adik saya ini rupanya merasa sangat senang dengan kejadian yang dianggapnya suatu keberuntungan. Tanpa menoleh lagi pada bapak tua itu, dia dengan sangat cepat lalu memasukkan tas perjalanannya ke dalam bagasi belakang mobil.
Setelah masuk dan duduk di dalam mobil, ia memberitahukan sopir taksi. "Ke airport" serta berkata, "Kami sungguh beruntung, terima kasih kepada Anda."

Sopir taksi itu mengangkat-angkat bahu dan berkata, "Kalau hendak berterima kasih, kalian berterima kasihlah kepada bapak tua itu, dia sengaja turun dari taksi lebih awal demi kalian."
Ibu dan adik saya tidak mengerti apa maksud ucapan sopir taksi itu. Karenanya sopir itu menjelaskan sekali lagi dengan berkata, "Lelaki tua itu sebenarnya ingin pergi ke suatu tempat yang lebih jauh, tetapi setelah dia melihat kalian berdua dia berkata, "Saya turun di sini saja, biarkan dua orang penumpang itu naik taksi. Pagi-pagi begini sudah menunggu di pinggir jalan sambil membawa tas perjalanan, mereka pasti akan pergi ke airport. Jika demikian waktu yang mereka miliki pasti terbatas.
Saya sendiri toh  tidak punya urusan yang mendesak, biarlah saya turun di sini saja untuk menunggu kedatangan taxi yang berikutnya." Maka dari itu jika kalian ingin berterima kasih, berterima kasihlah kepada lelaki tua itu."

Mendengar perkataan ini adik saya sangat terkejut, dia lalu dengan tulus meminta bapak sopir memutarkan taksi kembali untuk menemui bapak tua itu.
Ketika taksi lewat di samping lelaki tua itu, dari dalam jendela taksi adik saya berteriak menyatakan terima kasihnya kepada lelaki tua yang sedang berdiri di pinggir jalan dengan santai itu.
Dengan tersenyum lelaki tua itu berkata, "Selamat jalan, semoga kalian bergembira dalam perjalanan."

Kemudian, di dalam surat yang dikirimkan kepada saya, adik saya menulis demikian, "Selama ini sikap saya dalam hal memahami dan bersimpati kepada orang lain ternyata tarafnya masih sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan lelaki tua itu.
Walaupun saya bisa bersikap penuh pengertian dan simpati terhadap orang lain, biasanya dalam hati kecil saya juga akan timbul rasa berbangga diri dan berpikir: bisa melakukan sampai taraf ini sudah lumayan, sudah bisa bersikap baik terhadap diri sendiri juga terhadap orang lain.....dengan demikian telah membatasi diri sendiri akan makna sesungguhnya dari "penuh pengertian dan simpati terhadap orang lain", saya merasa sangat malu terhadap diri sendiri.

Saat ini saya benar-benar sangat ingin dapat menjadi seperti lelaki tua itu, menjadi orang yang dalam ketidak sengajaan pun bisa menampakkan sikap "penuh pengertian dan simpati" yang sangat mendalam terhadap orang lain."
Suatu sikap yang bukan dibuat-buat, tetapi yang benar-benar tulus terpancar dari hati yang paling dalam.
[Amanda Lim / Makassar]


Khunaidi Husin































No comments:

Post a Comment

Do U have another idea ?


LET'S SHARE 2 US.